BANDUNG,TM.ID: Hati-hati dengan bahaya penyakit yang ditularkan monyet. Warga Bandung tengah dihebohkan dengan fenomena gerombolan monyet ekor panjang (Macaca fascicuralis) yang merambah perumahan warga.
Meski sejauh ini belum terdengar kasus monyet-monyet tersebut menyerang manusia, tetapi Anda sebaiknya mengetahui bahaya akibat gigitan hewan ordo primata tersebut.
Monyet ekor panjang atau monyet kra adalah monyet asli Asia Tenggara, yang kini di berbagai tempat di Asia. Nama lokalnya dalam bahasa Melayu, kra atau kera, adalah tiruan bunyi yang dikeluarkan oleh hewan ini.
Monyet ekor panjang umum ditemukan di hutan pesisir seperti mangrove, hutan pantai, dan hutan-hutan sepanjang sungai besar, seperti di dekat perkampungan, kebun campuran, atau perkebunan lainnya. Pada beberapa tempat hingga ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.
Jenis ini sering membentuk kelompok hingga 20-30 ekor banyaknya, dengan 2-4 jantan dewasa dan selebihnya betina dan anak-anak. Mereka memakan aneka buah-buahan dan memangsa berbagai jenis hewan kecil seperti ketam, serangga, telur dan lain-lain.
Monyet ini bertubuh mungil sedang, dengan panjang kepala dan tubuh 400-470 mm, ekor 500–600 mm, dan kaki belakang (tumit hingga ujung jari) 140 mm. Dan berat betina di kisaran 3-4 kg, sedangkan jantan dewasa mencapai 5–7 kg.
BACA JUGA: Kata Steve Ewon Soal Fenomena Monyet Turun Gunung di Bandung
Bahaya Gigitan Monyet Ekor Panjang
1. Rabies
Mengutip penjelasan dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes, AkpDokter pada situs Hello Sehat, salah satu bahaya bagi manusia akibat gigitan monyet ini adalah virus rabies.
Selain monyet, beberapa hewan yang paling mungkin untuk menularkan virus rabies pada manusia yang terjadi di Amerika Serikat adalah kucing, kelelawar, anjing hutan, rubah, dan musang.
Sementara di negara-negara berkembang di Afrika dan Asia Tenggara, anjing anjing liar adalah yang paling mungkin untuk menyebarkan virus rabies kepada manusia.
Setelah seseorang mulai menunjukkan tanda tanda rabies atau gejala rabies, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal. Inilah alasan, siapa saja yang mungkin memiliki risiko terkena penularan rabies harus menerima vaksin rabies untuk perlindungan.
2. Cacar Monyet (Monkeypox)
World Health Organization (WHO) mengumumkan, cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit menular yang ditimbulkan akibat infeksi virus cacar monyet. Efek yang ditimbulkan yakni ruam pada kulit yang cukup menyakitkan, pembesaran kelenjar getah bening, serta demam.
Lebih jauh dijelaskan dalam Medical News Today, bahwa cacar monyet adalah virus zoonosis, artinya penyakit ini berpindah dari hewan ke manusia.
Beberapa hewan yang dapat membawa cacar monyet antara lain berbagai spesies monyet, tikus berkantung raksasa, dormice Afrika, dan jenis tupai tertentu.
Monkeypox termasuk dalam genus virus Orthopoxvirus, yang juga termasuk cacar. Oleh karena itu, gejalanya umumnya mirip, tetapi tidak separah penyakit cacar.
Dokter medis menemukan kasus cacar monyet pertama pada tahun 1958 selama dua wabah pada monyet yang dipelihara untuk penelitian.
Para peneliti mencatat kasus penyakit ini pada manusia pertama pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo. Sejak itu, 11 negara Afrika telah melaporkan kasus cacar monyet.
Wabah cacar monyet pertama di luar Afrika terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2003. Para ilmuwan menghubungkan kejadian ini dengan anjing padang rumput yang terinfeksi cacar monyet.
3. Herpes B
Laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan, infeksi virus B (herpes B, virus monyet B, virus herpes simiae, dan virus herpes B), sangat jarang terjadi.
Namun infeksi virus ini dapat menyebabkan kerusakan otak parah atau bahkan kematian jika tidak segera mendapatkan pengobatan.
Orang biasanya terinfeksi virus B akibat digigit atau dicakar oleh monyet yang terinfeksi, atau melakukan kontak dengan mata, hidung, atau mulut monyet tersebut. Hanya satu kasus yang tercatat di mana orang yang terinfeksi menyebarkan virus B ke orang lain.
Infeksi virus B Serius
Indikasi pertama infeksi virus B biasanya berupa gejala mirip flu, seperti demam dan menggigil, sakit otot, kelelahan, dan sakit kepala.
Gejala tersebut biasanya mulai muncul dalam waktu satu bulan setelah terpapar pada monyet yang terinfeksi virus B, tetapi bisa juga muncul dalam waktu tiga hingga tujuh hari.
Pencegahan
Selanjutnya, dr. Andreas Wilson Setiawan menjelaskan mengenai langkah pencegahan berbagai risiko infeksi beragam penyakit tersebut akibat paparan dari monyet (termasuk dari jenis hewan lainnya).
1. Membersihkan luka gigitan hewan
Jika terjadi perdarahan luar, coba tekan bagian luka gigitan untuk menghentikan perdarahan. Cucilah area yang terluka dengan air mengalir dan sabun selama 10-15 menit.
Jika luka cukup dalam, pastikan sabun tidak masuk ke dalam luka, cukup bersihkan area di sekitar luka. Hindari membersihkan luka gigitan hewan langsung dengan alkohol karena bisa menimbulkan sensasi terbakar dan risiko iritasi.
Membersihkan luka sesegera mungkin bertujuan menghindari infeksi pada luka yang bisa berasal dari bakteri atau kotoran yang terdapat di sekitar luka.
2. Mengoleskan obat antibiotik
Pada luka gigitan yang merobek lapisan kulit dalam, oleskan salep antibiotik untuk luka seperti baciatracin, neosporin, atau silver sulfadiazine.
Selanjutnya, Anda bisa melindungi luka gigitan dengan perban atau kain kasa steril. Jika luka tidak terlalu besar, biarkan luka tanpa plester atau perban.
Jika masih terjadi perdarahan, angkat bagian tubuh yeng terkena gigitan lebih tinggi dari dada untuk membantu menghentikan perdarahan. Selama melakukan ini, tekan juga luka dengan kain bersih.
3. Memantau kondisi luka
Tanda-tanda infeksi pada luka biasanya baru muncul dalam waktu 24-48 jam setelah digigit hewan. Oleh karena itu, Anda perlu memeriksa kondisi luka untuk mewaspadai indikasi infeksi.
Jika terdapat tanda-tanda seperti bengkak, nyeri luka yang bertambah parah, nanah pada luka, dan demam, segera periksakan luka ke dokter.
Secara garis besar, American College of Emergency Physicians menyarankan untuk segera mendapatkan pengobatan medis untuk luka gigitan dengan kondisi seperti berikut.
– Luka gigitan cukup dalam.
– Perdarahan tidak berhenti dan luka perlu jahitan.
– Luka mulai terinfeksi
– Kondisi luka cukup serius dan belum mendapat suntikan tetanus.
– Luka gigitan berasal dari hewan yang terinfeksi rabies.
Demikian penjelasan mengenai risiko penyakit yang dapat ditimbulkan akibat gigitan monyet. Dengan demikian, khususnya warga Bandung, Anda perlu waspada ketika menemukan monyet yang berkeliaran.
Segeralah menghubungi petugas berwenang seperti Unit Recue Damkar atau petugas BBKSDA untuk melakukan pengamanan.
(Aak)