BANDUNG,TM.ID: Pemilihan Umum (pemilu) selalu menjadi sorotan masyarakat di Indonesia. Selain sebagai momen demokrasi, ketertarikan masyarakat terfokus pada pengumuman pemenang.
Quick count atau hitung cepat, menjadi metode yang membantu masyarakat mengetahui hasil lebih cepat dari perhitungan resmi oleh penyelenggara.
Namun, sejak kapan ada tradisi hitung cepat tersebut ? Kala Pemilu 2004, yang merupakan pemilu pertama dengan sistem pemilihan langsung presiden dan wakil presiden, masyarakat Indonesia mulai merasakan keingintahuan yang tinggi terkait siapa yang akan memimpin negara.
Asal Usul Quick Count
Quick count menjadi sorotan utama, dan animo masyarakat sangat positif. Melansir berbagai sumber, Lembaga pertama yang memperkenalkan di Indonesia adalah Lembaga Penelitian Pendidikan & Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Pada 17 September 2004, LP3ES bekerja sama dengan National Democratic Institute for International Affair (NDI), Metro TV, Yayasan TIFA, dan donatur lainnya untuk menyelenggarakannya.
BACA JUGA: Perbedaan Quick Count dan Real Count dalam Pemilu
LP3ES, sesuai namanya, membuktikan bahwa metode ini dapat menghasilkan data dengan cepat. Hanya beberapa jam setelah Pemilu berakhir, LP3ES merilis hasil hitung cepat yang memprediksi Golkar sebagai pemenang dengan persentase 22,7%.
Prediksi untuk pemilihan presiden putaran kedua juga akurat, dengan SBY-Jusuf Kalla memenangkan 62,2% suara.
Detik.com pada 21 September 2004 melaporkan bahwa hasil final quick count LP3ES memiliki tingkat akurasi tinggi, dengan selisih rata-rata di bawah satu persen dari hasil resmi KPU.
Dalam perhitungan resmi KPU, SBY-JK memenangi Pemilu dengan persentase 60,62%, sementara Golkar meraih 21,58% suara.
Kontribusi Penting untuk Kelangsungan Setiap Pemilu
Keberhasilan LP3ES dalam memprediksi hasil Pemilu lebih cepat menjadikan sebagai tradisi tak terpisahkan dari setiap penyelenggaraan Pemilu di Indonesia, baik tingkat nasional maupun daerah.
Metode ini memberikan kontribusi penting dalam memberikan informasi cepat kepada masyarakat, mengurangi ketegangan dan ketidakpastian pasca-Pemilu.
Quick count bukan hanya sekadar metode penghitungan cepat, tetapi juga memiliki peran penting dalam menentukan arah politik dan masyarakat.
Kecepatan informasi yang dihasilkannya memungkinkan masyarakat merespons hasil Pemilu dengan lebih cepat, menciptakan suasana yang lebih transparan dan partisipatif.
(Saepul/Aak)