BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Sejumlah 442 jemaah haji dari kloter pertama asal Kabupaten Bekasi tiba di Debarkasi Jakarta-Bekasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (12/6/2025). Para jemaah haji tiba di Indonesia dengan selamat dan kehadiran mereka disambut penuh haru oleh keluarga serta petugas haji yang bertugas.
“Alhamdulillah, sore hari ini saya sebagai petugas haji daerah Kabupaten Bekasi yang tergabung dalam JKS 01 sudah tiba di Debarkasi Asrama Haji Jawa Barat, Kota Bekasi,” ujar petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Kabupaten Bekasi, Muhtada Sobirin, Kamis (12/6/2025).
Meskipun seluruh jemaah kembali dalam keadaan sehat, Muhtada menyampaikan bahwa terdapat beberapa kendala selama pelaksanaan ibadah haji, terutama terkait pelayanan transportasi di Tanah Suci.
Pada tahun ini, Pemerintah Arab Saudi memberlakukan sistem baru dengan menggandeng delapan perusahaan penyedia layanan (syarikah) sebagai pengganti sistem lama yang hanya melibatkan satu penyedia. Namun, perubahan tersebut justru memicu berbagai permasalahan teknis di lapangan.
“Yang paling berat itu kendalanya soal transportasi. Jadi wajar kalau banyak yang mengatakan jemaah terlantar, itu memang terjadi,” jelas Muhtada.
Ia mencontohkan situasi saat perpindahan jemaah dari Makkah menuju Arafah, kemudian ke Muzdalifah dan Minah, yang mengalami keterlambatan dalam proses penjemputan.
Akibatnya, sejumlah jemaah terpaksa berjalan kaki sejauh lima kilometer dari Muzdalifah ke Minah karena bus yang seharusnya menjemput tak kunjung datang.
“Sampai siang hari jemaah belum juga dijemput, akhirnya mereka memutuskan berjalan kaki. Jarak dari Muzdalifah ke Minah itu sekitar 5 km,” ungkapnya.
Selain itu, persoalan juga muncul terkait penempatan tenda atau maktab di kawasan Minah. Sejumlah jemaah dikabarkan tidak mendapatkan tempat dan akhirnya terpaksa bermalam di selasar jalan.
Baca Juga:
Isu Pungli Safari Wukuf Jemaah Haji Lansia, Begini Respon Menag
183 Jemaah Haji Indonesia Meninggal di Tanah Suci, Apa Pemicu Paling Banyak?
“Setelah berjalan kaki sejauh 5 km, ternyata maktab yang dijanjikan juga tidak tersedia. Ada yang sampai tidur di pinggir jalan, dan itu memang benar terjadi,” ujar Muhtada.
Ia pun menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh dari pemerintah Indonesia dan Arab Saudi, terutama dalam hal pengelolaan transportasi serta akomodasi jemaah haji yang menjadi tanggung jawab para syarikah.
(Virdiya/Aak)