BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tanggal 21 Februari 2025 diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Namun ironisnya Indonesia belum berhasil secara signifikan dalam pengelolaan sampah.
Dikutip dari Dinas Lingkungan Hidup Kendal, peringatan Hari Sampah Nasional ini bermula dari tragedi longsor tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005.
Peristiwa ini terjadi karena curah hujan yang tinggi dan ledakan gas metana pada tumpukan sampah, hal ini mengakibatkan 157 korban jiwa melayang dan dua kampung hilang dari peta karena tertimbun longsoran sampah, yaitu daerah Cilimus dan Pojok.
Tragedi ini menjadi salah satu tamparan bagi pengelolaan sampah yang belum maksimal di Indonesia untuk mengelola sampah dengan baik.
Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional bertujuan untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta berkolaborasi dalam mengatasi permasalahan sampah.
Untuk membangun kesadaran masyarakat, pemerintah membuat beberapa kegiatan seperti kampanye pengurangan sampah, edukasi daur ulang, dan aksi bersih lingkungan, agar terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.
Peringkat berapa sampah di Indonesia?
Dikutip dari World Bank Documents, Indonesia merupakan salah satu penghasilan sampah plastik terbesar di dunia, laporan Bank Dunia tahun 2018 menyebutkan bahwa pada tahun 2010, Indonesia menghasilkan sekitar 3,22 juta metrik ton sampah plastik per tahun.
Selain itu, data dari Bank Dunia lainnya menyatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu penghasil sampah plasik laut terbesar di dunia.
Data terbaru hingga tahun 2024, Indonesia menjadi peringkat ke-3 sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, dengan perkiraan produksi sekitar 3,4 juta ton per tahun.
Indonesia juga menempati peringkat ke-2 sebagai negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia, dengan total perkiraan sampah mencapai 20,93 juta ton per tahun.
Ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia dalam pengelolaan sampah plastik dan makanan.
Dalam mengatasi hal ini, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mengurangi produksi sampah, meningkatkan daur ulang, serta mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
BACA JUGA
Hanif Faisol: Tragedi Longsor TPA Leuwigajah jadi Bahan Refleksi Perbaiki Tata Kelola Sampah
Permasalahan Sampah di Indonesia
Permasalahan terbesar soal sampah di Indonesia adalah kurangnya infrastruktur dan sistem pengelolaan sampah.
Banyak daerah di Indonesia yang masih memiliki sistem pengelolaan sampah yang buruk, seperti minimnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memadai, kurangnya pengolahan sampah organik secara optimal dan fasilitas daur ulang yang terbatas.
Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik, studi tersebut mengindetifikasi bahwa sejumlah besar sampah plastik di Indonesia tidak dikelola dengan baik.
Sehingga, banyak yang berakhir di sungai yang arus nya sampai ke laut, hal ini penyebabkan adanya pencemaran lingkungan dan ancaman bagi ekosistem laut.
Rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat, minimnya rasa sadar dari masyarakat terhadap pentingnya pengelola sampah yang baik, edukasi dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat diperlukan.
Tujuannya, untuk mengurangi adanya sampah menumpuk dan mengembangkan praktik daur ulang.
Peningkatan volume sampah di perkotaan, urbanisasi dan pertumbuhan populasi di kota-kota besar Indonesia telah menyebabkan peningkatan signifikan. Sedangkan kapasitas pengelolaan sampah seringkali tidak sebanding dengan jumlah yang dihasilkan.
Pencemaran sampah di laut dan sungai, laporan tersebut mengidentifikasi bahwa banyak sungai di Indonesia, yang menjadi jalur utama tranportasi sampah plastik dari daratan ke lautan, seperti di Citarum.
Laporan ini menggabungkan data lebih dari 500 kabupaten/kota di Indonesia, dengan adanya hal ini, diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan dan strategi peningkatan pengelolaan sampah di Indonesia.
(Magang UKRI-Ajeng/Aak)