BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ajang seni rupa bergengsi ArtJog 2025 menjadi saksi transformasi aktor kenamaan Reza Rahadian yang kali ini tampil bukan sebagai pemeran, melainkan sebagai seniman.
Melalui program Spotlight, Reza menghadirkan sebuah karya seni instalasi bertajuk “Eudaimonia”, menandai perayaan perjalanan dua dasawarsa atau 20 tahun kariernya di dunia seni peran.
Karya ini merupakan bagian dari rangkaian “Refleksi Dua Dasarasa Reza Rahadian”, sebuah inisiatif yang menggali perjalanan dan pemikiran sang aktor selama dua dekade berkarya. Dalam proyek ambisius ini, Reza tidak bekerja sendiri.
Ia menggandeng lima seniman lintas bidang untuk mewujudkan “Eudaimonia”: fotografer dan videografer Davy Linggar, arsitek Andra Matin, sutradara Garin Nugroho, koreografer Siko Setyanto, serta komposer Kasimyn alias Aditya Surya Taruna.
Kolaborasi lintas disiplin ini menunjukkan kedalaman dan keberanian Reza dalam bereksplorasi di ranah seni.
Dalam keterangan resminya, Reza menjelaskan bahwa “Eudaimonia” merupakan hasil kontemplasi mendalam yang ia tuangkan dalam medium seni instalasi.
“Bagi saya, Eudaimonia menjadi semacam jurnal perasaan dan pemikiran saya dalam bentuk kolaboratif, sebuah proses kontemplasi yang tanpa henti,” kata Reza.
Istilah “Eudaimonia” sendiri, yang berasal dari filsafat Yunani kuno, merujuk pada konsep pemenuhan diri melalui tujuan hidup yang bermakna.
Reza menerjemahkannya dalam konteks perjalanannya sebagai aktor, yakni pencarian keseimbangan antara keinginan dan kebutuhan, antara peran yang dimainkan dan pribadi, serta antara hiruk-pikuk profesi dan kebutuhan akan ketenangan. Tubuh, bagi Reza, menjadi medium yang terus bergerak, belajar, dan merasakan.
Baca Juga:
Luna Maya dan Reza Rahadian Satu Frame! Remake Suzzanna: Santet Dosa di Atas Dosa
Reza Rahadian Jadi News Anchor! Netizen Juluki Aktor Serba Bisa
Perayaan Kontemplatif yang Terbuka untuk Publik
Ketua program “Refleksi Dua Dasarasa Reza Rahadian”, Inet Leimena, mengungkapkan bahwa karya “Eudaimonia” adalah bentuk perayaan yang tenang namun penuh makna.
“Eudaimonia memperlihatkan bahwa perayaan tidak harus tentang kemegahan, tapi bisa menjadi ruang kontemplatif yang reflektif dan terbuka untuk dirasakan bersama,” ucap Inet.
“Eudaimonia” juga menjadi debut program Spotlight di ArtJog 2025. Spotlight sendiri dirancang sebagai platform baru yang membuka ruang pertemuan antara seni rupa dengan berbagai disiplin lain, mengedepankan kerja sama dan pertukaran gagasan antarkreator melalui pendekatan lintas bidang.
Karya instalasi “Eudaimonia” dapat dikunjungi oleh publik di Jogja National Museum (JNM) selama penyelenggaraan ArtJog 2025, yakni mulai 20 Juni hingga 31 Agustus 2025. Kehadiran karya ini diharapkan tidak hanya menjadi daya tarik bagi penikmat seni, tetapi juga membuka dialog tentang makna perjalanan, pencarian diri, dan kolaborasi dalam dunia seni.
(Hafidah Rismayanti/Aak)