PONOROGO,TM.ID: Dua orang siswi madrasah di Ponorogo berhasil diterima enam dan delapan universitas luar negeri, di antaranya sejumlah universitas top 100 dunia.
Keduanya adalah Like Zuyyina Fatwa Fadila (18 tahun) warga Kelurahan Kepatihan Wetan, Kecamatan Babadan, dan Etik Nurhasannah (18 tahun) warga Desa Lembah, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. Mereka adalah Siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Ponorogo.
Like diketahui diterima di delapan universitas, yakni University of Toronto Mississauga (Kanada), University of Toronto Scarborough (Kanada), University of Toronto St.George (Kanada), University of British Columbia (Kanada), National Taiwan University (Taiwan), Monash University (Australia), University of Western Australia (Australia), dan Wageningen University & Research (Belanda).
Sedangkan Etik diterima di enam universitas, yakni National Taiwan University (Taiwan), Wageningen University (Belanda), The University of Western (Australia), University of Toronto Mississauga (Kanada), Monash University (Australia), McMaster University (Kanada).
Meski diterima di sejumlah universitas baik di Kanada, Belanda, maupun Australia, namun kedua siswi tersebut lebih memilih untuk menimba ilmu di National Taiwan University (Taiwan).
Hal ini karena hanya di Univertas tersebut jurusan yang mereka inginkan ada.
Selain itu keduanya juga tertarik dengan bahasa Mandarin sehingga memilih Taiwan sebagai tujuan studi.
Bahkan untuk mempersiapkan diri berangkat ke Taiwan, keduanya saat ini juga tengah kursus bahasa Mandarin agar memudahkan untuk berkomunikasi ketika sudah berada di Taiwan.
Etik mengatakan, didinya memilih NTU dan mengambil jurusan Bachelor of Economics karena memang selain tertarik dengan bahasa Mandarin, ia juga ingin mendapatkan pendidikan yang lebih baik di luar negeri.
Selain itu, ia juga tertarik dengan berbagai penelitian yang dilakukan oleh sejumlah profesor yang ada di NTU terkait dengan kebijakan ekonomi yang ada di Taiwan maupun di Asia.
Beruntung seluruh biaya kuliahnya ditanggung oleh Beasiswa Indonesia Maju (BIM), sehingga meskipun ia hanya anak seorang petani namun dapat mewujudkan cita-citanya untuk kuliah di luar negeri.
“Dari SMP memang bercita-cita ingin kuliah di luar negeri. Sehingga sejak saat itu selalu mencari informasi untuk bisa ikut beasiswa, karena orang tua hanya petani,” ungkap Etik, Jumat (12/5/2023).
Senada dengan Etik, Like, yang juga hanya seorang anak kuli bangunan, juga berjuang keras untuk bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Hingga akhirnya ia memilih untuk mengambil jurusan Bachelor Progam of Biotechnology and Food Nutrition di NTU.
“Sejak kelas satu sudah berniat masuk kampus luar, sehingga sering ikut kegiatan-kegiatan organisasi dan beberapa lomba. Juga terus berusaha untuk meningkatkan nilai rapor,” ujar Etik, melansir Beritasatu.
Untuk bisa masuk Universitas luar negeri kedunya melalui seleksi yang sangat ketat. Selain bersaing dengan anak-anak lain diseluruh dunia, terlebih dahulu keduanya juga harus memiliki nilai rapor yang cukup bagus di sekolahnya. Selain itu kemampuan berbahasa Inggris juga harus diatas rata-rata sebagai persyaratan seleksi beasiswa.
BACA JUGA: Singapura Minta Impor Listrik ke RI, Luhut: Brengsek Dipikir Kita Bodoh!
(Dist)