SULAWESI, TEROPONGMEDIA.ID — Pernah mendengar tentang Bulu Baria? Bagi masyarakat yang tinggal di Sulawesi Selatan, Bulu Baria dikenal sebagai salah satu puncak gunung yang ramai dijelajahi para pendaki, terutama di akhir pekan.
Bulu Baria adalah gunung dengan ketinggian 2.730 Mdpl, dengan pos pendakian pertama berada di Dusun Pattiro, Desa Manimbahoi, Kec. Parigi, Kab. Gowa. Sulawesi Selatan.
Bulu’ dalam bahasa Bugis, berarti gunung. Bulu Baria atau Gunung Baria perlahan mulai dikenal sebagai gunung terbersih, gunung bebas sampah pertama di Sulawesi.
Pesan ini pula yang dikolaborasikan bersama dengan EIGER Tropical Adventure, brand yang menyediakan perlengkapan luar ruang asal Indonesia.
EIGER mengadopsi Bulu Baria, mendukung penuh apa yang telah dilakukan oleh warga di Desa Manibahoi dan pengelola pos registrasinya.
“Warga Desa Manimbahoi didukung oleh EIGER bersama-sama dengan pendaki, menjaga kebersihan gunung, memastikan setiap tamu pendaki yang ingin menikmati keindahan alam puncak Bulu Baria, bertanggung jawab atas setiap perbekalan dan sisa sampahnya, sejak langkah pertama memulai pendakian menuju Bulu Baria,” cerita Mustain pengelola pos registrasi Bulu Baria ditemui di basecamp pendakian Desa Manimbahoi.
Berdasarkan data yang dicatat oleh Mustain dan timnya, sejak April sampai November 2024 sudah ada hampir 14 ribu pendaki, mencoba jalur gunung terbersih di Sulawesi.
“Sejak dibuka kembali jalur pendakiannya di bulan April 2024 hingga November 2024 tercatat ada 13.370 pendaki yang telah mencoba menelusuri jalur gunung terbersih di Sulawesi ini. Paling banyak ada di bulan Agustus mencapai 2.375 pendaki dan Juli mencapai 1.978 pendaki dalam satu bulan. Terima kasih untuk semua pendaki Bulu Baria sudah ikut menjaga, merawat dan menikmati jalur bebas sampah sampai ke puncak,” kata Mustain.
BACA JUGA: Eiger Climbing Center, Tumbuhkan Atlet Junior Panjat Tebing Kelas Dunia
Bagaimana Bulu Baria bisa mendapat julukan sebagai gunung terbersih di Sulawesi?
Mustain menceritakan, dari mulai pos pendaftaran telah dilakukan pengecekan logistik dan perbekalan para pendaki. Apapun perbekalan dengan bungkus plastik, dipindahkan ke dalam wadah yang bisa digunakan berkali-kali.
“Prinsip di Bulu Baria bukan hanya bawa turun lagi sampahmu, tapi memastikan sebisa mungkin tidak ada sampah yang dibawa naik menuju jalur dan puncak. Alhamdulillah dimulai dari Bulu Baria sudah ada dua pengelola gunung lain yang mengikuti metode ini, yakni pos pendakian Gunung Tanralili dan dan Gunung Lompobattang,” ujar Mustain.
Jason Edward Wuysang, Business Director EIGER Tropical Adventure menyampaikan, dukungan EIGER untuk pengelola gunung Bulu Baria sejalan dengan nilai yang dijaga dan dipertahankan oleh EIGER selama 35 tahun terakhir, yakni inovasi, alam dan manusia.
Menurut Jason, inovasi-inovasi yang dilakukan oleh EIGER diharapkan bisa memberikan dampak langsung bagi alam dan juga manusianya.
“Bulu Baria sudah menunjukkan pada kita, bahwa di Sulawesi ada gunung terbersih dan bebas sampah. Bagaimana komitmen ini terus dijaga oleh segenap warga desa dan pengelola juga tetua adat dari Desa Manimbahoi. EIGER mengucapkan terima kasih sudah diberikan kesempatan untuk bersama ikut menjaga Bulu Baria. Agar semakin banyak lagi gunung di Indonesia yang bisa kita nikmati keindahannya, tanpa ada sampah dari mulai pos registrasi hingga ke puncaknya,” ujar Jason.
(Aak)