BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kalimantan, pulau terbesar ketiga di dunia, menjadi rumah bagi berbagai spesies hewan endemik yang unik dan tidak ditemukan di tempat lain.
Kekayaan biodiversitas ini menjadi aset berharga, namun ancaman kepunahan terus menghantui akibat perburuan liar, perdagangan ilegal, perubahan iklim, dan kerusakan habitat.
Organisasi konservasi dunia, International Union for the Conservation of Nature (IUCN), menetapkan status konservasi spesies berdasarkan tingkat ancaman yang mereka hadapi.
Berikut ini sepuluh hewan endemik Kalimantan yang populasinya kian menurun dan perlu mendapat perhatian serius.
10 Hewan Endemik Kalimantan yang Terancam Punah
1. Burung Enggang (Buceros rhinoceros)
Burung enggang atau dikenal juga sebagai rangkong, memiliki paruh besar melengkung berwarna kuning dengan tonjolan menyerupai tanduk.
Bulu hitam dengan sayap bagian bawah berwarna putih menjadi ciri khasnya. Burung ini menghuni hutan hujan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, serta memakan buah, serangga, dan reptil.
Saat ini, populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 20.000 hingga 49.000 ekor.
2. Biawak Kalimantan (Lanthanotus borneensis)
Biawak ini menyebar hampir di seluruh wilayah Kalimantan. Tubuhnya berwarna cokelat dengan sisik kasar serta ekor pendek dan tebal.
Biawak Kalimantan hidup di sekitar sungai dan rawa, serta mengonsumsi cacing, siput, dan serangga. Meski jumlah pastinya belum diketahui, para peneliti mencatat adanya penurunan populasi dari waktu ke waktu.
3. Kucing Merah (Catopuma badia)
Kucing liar khas Kalimantan ini memiliki bulu cokelat kemerahan dengan bintik hitam dan ekor panjang. Habitat utamanya berada di hutan hujan dataran rendah hingga pegunungan.
Kucing merah memangsa tikus, tupai, burung, dan reptil. Populasi individu dewasa diperkirakan kurang dari 2.500 ekor.
Perburuan, kehilangan habitat, serta konflik dengan manusia menjadi penyebab utama penurunan jumlahnya.
4. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus)
Sebagai salah satu dari dua spesies orangutan di dunia, orangutan Kalimantan memiliki bulu merah, wajah datar, dan lengan panjang.
Mereka mengandalkan pohon untuk makan, tidur, dan berlindung. Orangutan ini juga terkenal cerdas dan mampu menggunakan alat sederhana.
Populasinya telah menyusut hingga 50% dalam 60 tahun terakhir, dan saat ini hanya tersisa sekitar 55.000 ekor di alam liar.
5. Katak Kepala Pipih (Barbourula kalimantanensis)
Spesies katak ini hanya ada di Nanga Pinoh, Kalimantan Barat. Katak kepala pipih memiliki tubuh cokelat berbintik hitam dan hidup di sungai berarus deras dan dingin.
Mereka memakan serangga dan krustasea. Populasinya sangat rendah dan terancam oleh hilangnya habitat akibat pembangunan, pembalakan liar, pertanian, serta penyakit jamur.
6. Bekantan (Nasalis larvatus)
Bekantan populer dengan hidung besar dan panjang yang unik. Tubuhnya berbulu cokelat kemerahan dan berekor panjang. Monyet ini aktif di siang hari dan mengonsumsi daun, buah, serta bunga.
Dalam 40 tahun terakhir, populasi bekantan menurun hingga 50%, dan kini hanya tersisa sekitar 6.000 ekor.
BACA JUGA
7. Pelanduk Kancil (Tragulus kanchil)
Hewan kecil ini memiliki tubuh ramping dengan bulu cokelat kemerahan. Kancil aktif di malam hari dan mengonsumsi daun, buah, serta bunga.
Habitatnya di hutan hujan tropis terancam oleh pembalakan, ekspansi perkebunan sawit, dan pertambangan. Perburuan dan perdagangan ilegal turut memperparah penurunan populasi yang kini sangat rendah.
8. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)
Lumba-lumba air tawar ini hanya ada di Kalimantan Timur, khususnya di Sungai Mahakam, Danau Semayang, dan Danau Jempang.
Tubuhnya berwarna abu-abu gelap dengan sirip pendek. Pesut hidup berkelompok antara 6 hingga 12 ekor dan memakan ikan, udang, serta kepiting. Populasinya kini hanya tersisa kurang dari 100 ekor di alam liar.
9. Owa Kalimantan (Hylobates muelleri)
Primata ini memiliki bulu abu-abu, cokelat, atau hitam dengan lingkaran putih di wajah. Lengan panjangnya memungkinkan mereka berayun lincah di antara pepohonan.
Owa Kalimantan memakan buah, daun, serangga, dan burung. Dalam 45 tahun terakhir, populasinya menurun hingga 50%, dengan perkiraan hanya tersisa sekitar 15.000 ekor di alam bebas.
10. Badak Borneo (Dicerorhinus sumatrensis harrissoni)
Badak terkecil di dunia ini memiliki tubuh cokelat berbulu kasar dengan tanduk tunggal yang pendek. Hewan ini hidup menyendiri di hutan hujan dan mengonsumsi daun, tunas, buah, serta kulit pohon. Saat ini, populasinya sangat kritis, hanya tersisa sekitar 30 ekor di alam liar.
Jika tidak segera mengambil langkah penangan yang cepat dan tepat, keberadaan sejumlah hewan endemik di Kalimantan semakin terancam kepunahannya. Oleh karena itu, mari sama-sama menjaga kelestarian hewan yang langka ini.