BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pelataran Candi Borobudur selalu menjadi saksi dari perayaan puncak Trisuci Waisak. Secara kontekstual, Candi Borobudur tidak dapat dipisahkan dari perayaan Waisak yang rutin diadakan setiap tahun.
Relief di Candi Borobudur mendominasi cerita perjalanan hidup Sidharta Gautama dari Kerajaan Kapilawastu dalam pencarian tataran spiritual tertinggi untuk mencapai penerangan agung.
Ajaran Majjhima Patipada, jalan moderat yang diajarkan oleh Sidharta Gautama, mengajarkan umat manusia untuk hidup bijaksana, bermoral, dan berkesadaran.
Dalam ajaran tersebut juga mengandung pesan bahwa cara hidup moderat adalah jalan menuju kesucian, khususnya dalam menjaga keluhuran agama sebagai jalan keyakinan seluruh umat manusia (Totok Tejamano, 2022).
Karya Monumental
Candi Borobudur sendiri diperkirakan telah dibangun pada abad ke-8, saat masa kejayaan Dinasti Syailendra.
Pembangunan candi memakan waktu sekitar 75 tahun untuk diselesaikan, dan selesai pada masa pemerintahan Samaratungga pada tahun 825 Masehi.
Karya spektakuler ini melampaui pemikiran manusia pada zamannya, bahkan generasi sekarang mungkin tidak mampu membuat karya monumental semegah Candi Borobudur yang berdiri kokoh di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Mengacu pada konsep kosmologi Buddhis, Candi Borobudur diibaratkan sebagai Meru atau gunung yang menghubungkan surga dan dunia.
Lokasi candi ini dikelilingi oleh gunung-gunung, laut, dan sungai besar, seperti Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, Sindoro, Tidar, dan Pegunungan Menoreh.
Kawasan ini juga dialiri oleh sungai-sungai besar seperti Sungai Elo dan Progo.
Candi Borobudur dibangun dengan tujuan tertentu. Setiap sudutnya dihiasi dengan ornamen yang menggambarkan nilai luhur kemanusiaan.
Candi ini sangat kental dengan ajaran Buddha, dan objek-objek di kompleks candi ini menceritakan hakikat kehidupan manusia.
Bangunan candi memuat pesan moral sebagai refleksi diri, yang tergambarkan dalam estetika reliefnya.
Pada dasarnya, relief adalah seni pahat atau ukiran tiga dimensi pada batu. Relief biasanya terdapat pada bangunan candi, monumen, atau prasasti.
Ukiran pada relief memiliki arti mendalam, menggambarkan cerita sejarah masa lampau yang berisi ajaran berharga atau filosofi nenek moyang untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya.
Relief Naratif
Candi Borobudur menjadi istimewa dengan adanya 2.672 panel relief, yang terdiri dari 1.460 panel relief cerita (naratif) dan 1.212 panel relief dekoratif.
Relief naratif terdiri atas lima gugus, yaitu:
1. Relief Karmawibhangga (160 panel) yang mengisahkan hukum sebab-akibat dalam kehidupan manusia.
2. Relief Jataka (500 panel) yang mengisahkan kelahiran masa lampau Bodhisattwa dalam upaya mencapai pencerahan.
3. Relief Avadana (120 panel di lantai 3 dan 100 panel di lantai 4) yang berisi kisah-kisah moral seperti kisah Maitrakanyaka.
4. Relief Lalitavistara (120 panel di lantai 3) yang menggambarkan kehidupan Buddha dari sebelum kelahiran hingga pengajaran pertama di Taman Rusa.
5. Relief Gandavyuha (460 panel di lantai 4-6) yang mengisahkan perjalanan Sudhana menemui para mitra dan guru kebajikan.
Wujud Mandala
Dari sudut pandang filsafat Buddhis, Candi Borobudur adalah sebuah wujud mandala, yang berarti rumah atau istana. Mandala merupakan representasi istana suci atau tempat tinggal Sang Buddha.
Walaupun mandala sangat estetis, fungsi utamanya adalah religius, bukan hanya sebagai karya seni untuk dipajang di museum.
Ajaran tentang mandala, yang diturunkan oleh Buddha Sakyamuni lebih dari 2.500 tahun lalu, mengatakan bahwa melihat mandala dapat membantu mengubah arus batin seseorang dengan menciptakan kesan mendalam akan kesempurnaan batin Sang Buddha.
Kesan ini dapat membuat individu lebih welas asih, mawas diri, dan menjadi lebih baik.
Candi Borobudur adalah museum budaya yang dapat digali makna kedalamannya dari berbagai perspektif, baik dari sudut pandang religius, arsitektur, kebudayaan, maupun filsafat.
BACA JUGA: Chatra Borobudur Dipasang, Menag: Bisa Menarik Umat Buddha dan Wisatawan Dunia
Terlebih lagi, setiap tahun tempat ini menjadi pusat perayaan Trisuci Waisak yang mengandung nilai luhur ajaran kemanusiaan.
Candi Borobudur dapat dioptimalkan sebagai wisata religi seperti di beberapa negara lain, dengan berkolaborasi antara sinergis anatara berbagai pihak.
(Vini/Budis)