BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tahun 2025 akan menjadi tahun istimewa bagi para pencinta astronomi. Berbagai fenomena langit yang menakjubkan, seperti parade planet, gerhana, hujan meteor, hingga okultasi bintang, akan hadir sepanjang tahun 2025 dan siap memukau pengamat di berbagai belahan dunia.
Fenomena parade planet akan menjadi salah satu atraksi pertama di tahun 2025. Pada Januari, lima planet terdekat dari Bumi, yakni Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, akan tampak sejajar di langit malam.
“Namun, hanya empat planet yang dapat dilihat dengan mata telanjang, yaitu Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus,” ungkap peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN, Gerhana Puananadra Putri, dalam acara Talkshow DOFIDA edisi ke-11, mengutip laman resmi BRIN, Jumat (6/12/2024).
Okultasi Bintang di Indonesia
Fenomena okultasi bintang, di mana satu objek langit menutupi objek lainnya, juga akan terjadi di Indonesia pada 11 Oktober 2025.
“Okultasi Bintang Beta Taurii dapat diamati di beberapa wilayah Indonesia,” jelas Puan, sapaan akrabnya.
Gerhana Matahari dan Bulan Total
Gerhana juga akan menjadi sorotan di tahun 2025. Indonesia akan menjadi saksi gerhana bulan total pada 7 September 2025.
“Gerhana bulan total ini dimulai pukul 22.28 WIB hingga 03.55 WIB keesokan harinya. Bulan akan tampak memerah saat puncak gerhana, fenomena yang aman dilihat dengan mata telanjang,” tutur Puan.
Namun, beberapa gerhana lainnya, seperti gerhana bulan total pada 13-14 Maret dan gerhana matahari sebagian pada 29 Maret, hanya bisa disaksikan di wilayah Eropa, Amerika, dan Arktik.
Hujan Meteor yang Dinantikan
Puan juga mengungkapkan jadwal hujan meteor yang selalu menjadi fenomena favorit masyarakat. Hujan meteor disebabkan oleh debu komet atau asteroid yang melintasi orbit Bumi. Berikut jadwal hujan meteor yang akan terjadi pada 2025:
- Quadrantids (akhir Desember–pertengahan Januari)
- Lyrids (pertengahan April)
- Eta Aquariids (pertengahan April–Mei)
- Perseids (pertengahan Juli–akhir Agustus)
- Draconids (Oktober)
- Orionids (Oktober)
- Leonids (November)
- Geminids (Desember)
“Hujan meteor ini bisa diamati tanpa alat khusus asalkan langit cerah dan bebas dari polusi cahaya,” ujar Puan.
Pengamatan dan Riset Kolaboratif
Fenomena astronomi yang lebih kompleks, seperti okultasi bintang, memerlukan alat bantu seperti teleskop dan kamera untuk pengamatan yang jelas. Peta bintang, baik dalam bentuk aplikasi ponsel maupun manual, juga membantu pengamat menemukan posisi fenomena di langit.
Di sisi lain, para peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN terus melakukan riset mendalam terkait berbagai fenomena ini, termasuk gerhana matahari dan pengaruh fase bulan terhadap pasang surut air laut.
Program penelitian ini juga terbuka untuk mahasiswa yang tertarik berkontribusi melalui skema magang, tugas akhir, atau kuliah lapangan.
BACA JUGA: Observatorium Bosscha: Jejak Sejarah dan Keajaiban Astronomi di Indonesia
Puan berharap informasi fenomena 2025 ini dapat membangkitkan rasa ingin tahu masyarakat terhadap astronomi. Ia juga menganjurkan untuk sesekali melihat langit malam, karena terdapat banyak keindahan dan pengetahuan yang bisa ditemukan di sana.
(Virdiya/Usk)