BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Setelah cukup lama jadi rumor di industri teknologi, vivo akhirnya membuka sedikit tirai misteri soal ambisi mereka di pasar Mixed Reality (MR). Produk yang diberi nama vivo Vision MR ini pertama kali muncul di ajang bergengsi Boao Forum for Asia, dan hanya segelintir orang yang beruntung bisa mencobanya langsung.
Yang paling bikin penasaran tentu ada pada bobotnya. Han Boxiao, Product Manager vivo, dengan percaya diri mengatakan kalau Vision MR terasa sangat ringan dan nyaman.
Meski belum ada angka resmi, beratnya disebut-sebut mirip Apple AirPods Max yang berada di kisaran 386 gram. Artinya, jauh di bawah Apple Vision Pro yang beratnya bisa mencapai 600–650 gram.
Buat ukuran headset MR, ini ibarat bawa helm sepeda dibanding helm motor lebih enteng, kepala pun nggak cepat pegal.
Kesannya makin positif setelah Host TV ternama, Zhu Guangquan, ikut menjajal perangkat ini. Dari sesi tersebut terungkap kalau Vision MR mengandalkan kabel yang terhubung ke baterai eksternal.
Strategi ini jelas mengurangi beban di kepala pengguna, karena komponen berat seperti baterai tidak ‘nemplok’ langsung di headset.
Tak hanya itu, sistem kontrolnya sudah futuristik dengan hand tracking yang memanfaatkan beberapa kamera di bagian depan jadi pengguna bisa berinteraksi tanpa controller tambahan.
Untuk sekarang vivo Vision MR masih Belum ada tanggal rilis resmi, tapi vivo menargetkan peluncuran sebelum akhir tahun ini. Produk yang beredar pun masih tahap uji coba internal di kalangan karyawan vivo, sehingga publik harus sabar menunggu kesempatan mencobanya.
Baca Juga:
Miliki Snapdragon 7 Gen 3 Ternyata Segini Skor AnTuTu Vivo V30
Yang bikin tanda tanya besar justru ada di sisi softwarenya. Apakah vivo akan membuat platform eksklusif seperti VisionOS milik Apple, atau Vision MR hanya jadi perangkat pendukung untuk ekosistem yang sudah ada? Untuk saat ini, jawaban itu masih disimpan rapat-rapat oleh vivo.
Vision MR bisa jadi penantang yang lumayan mengganggu dominasi Apple Vision Pro dan Meta Quest 3. Apple mengandalkan kualitas premium dan ekosistem tertutup, sedangkan Meta lebih bermain di harga terjangkau dan akses luas.
Vivo tampaknya mencoba ‘main aman’ di tengah, menggabungkan desain ringan, kontrol modern, dan mungkin harga yang tidak setinggi Apple. Kalau strategi ini benar, Vision MR bisa menjadi pintu masuk banyak orang ke dunia MR tanpa harus merogoh kantong terlalu dalam.
(Daniel Oktorio Saragih-Ilmu Komunikasi Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia/Budis)