BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di tengah sorotan dunia tenis yang tidak pernah padam, Emma Raducanu memilih untuk melangkah dengan kesadaran baru: menikmati setiap momen kariernya tanpa terbebani oleh ekspektasi atau penyesalan di masa depan.
Meski usianya baru 22 tahun, Raducanu sudah melalui perjalanan luar biasa mendunia dalam sekejap lewat gelar Grand Slam US Open 2021 yang ia raih sebagai seorang qualifier.
Sejak saat itu, perhatian tak pernah surut. Namun, bersamaan dengan ketenaran, datang pula cedera, tekanan, dan perubahan besar dalam hidupnya.
Dalam sebuah wawancara terbaru, Raducanu membagikan pandangannya yang matang tentang karier dan kehidupan pribadinya.
“Saya baru menyadari bahwa apa yang kami lakukan ini berlangsung dalam waktu sangat singkat, dan akan berlalu begitu saja. Saya tidak ingin melihat ke belakang dan berkata ‘seandainya saya lebih menikmatinya’,” ujarnya.
Setelah Wimbledon 2021 menjadi ajang perkenalannya ke publik global, Raducanu harus menghadapi kenyataan pahit.
Cedera lutut dan pergelangan kaki terus mengganggunya, belum lagi sederet pergantian pelatih serta tekanan media yang menuntut konsistensi.
Ia memilih menata ulang prioritasnya bukan hanya mengejar gelar, tetapi juga menemukan kebahagiaan dalam setiap langkah di lapangan.
“Saya mendengar Ana Ivanovic berkata bahwa ia berharap bisa lebih menikmati momen-momennya saat masih bermain. Itu membuat saya berpikir, ‘Saya tidak ingin menyesal nanti’,” katanya.
Baca Juga:
Comeback! Emma Raducanu Bikin Geger Miami Open 2025
Dalam perjalanannya, Raducanu juga menghadapi tantangan di luar lapangan, termasuk insiden penguntitan oleh penggemar, yang memaksanya semakin berhati-hati terhadap keamanan dan ruang privasi.
“Terkadang kita merasa terbuka dan rentan. Tapi saya belajar bahwa tidak semua orang bisa dipercaya, dan penting untuk menjaga lingkaran kecil yang benar-benar mendukung,” lanjutnya.
Dengan Wimbledon di depan mata, tekanan publik Inggris terhadap Raducanu kembali meningkat. Namun kini, ia datang bukan hanya sebagai atlet, tapi juga sebagai pribadi yang lebih matang bermain untuk kegembiraan, bukan semata hasil.
“Saya ingin menghadirkan kebahagiaan dalam apa yang saya lakukan. Saya masih muda, dan ingin hidup untuk diri saya sendiri tanpa penyesalan,” tutupnya.
Di usia 22 tahun, Raducanu mengajarkan bahwa menjadi kuat tak melulu soal menang di lapangan, tapi juga soal berdamai dengan diri sendiri.
(Budis)