JAKARTA,TM.ID: R Haidar Alwi sebagai Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI) menilai debat cawapres yang pertama, Gibran berhasil menjadi bintang dengan mengangkat istilah Carbon Capture and Storage (CCS) serta SGIE (State of the Global Islamic Economy).
Singkatan dan istilah tersebut membuat Mahfud MD kewalahan, bahkan Muhaimin Iskandar sampai tidak berkutik.
Hal itu kemudian menjadi polemik yang sangat populer di media sosial, hingga KPU terpaksa menerbitkan aturan baru terkait penggunaan singkatan dan terminologi.
“Tak terpengaruh oleh polemik, Gibran menunjukkan konsistensi strateginya dalam debat cawapres yang kedua,” kata Haidar, Selasa (23/1/2024).
BACA JUGA: Arti Istilah Smart Farming yang Disebut Gibran Saat Debat Cawapres 2024
Kali ini melalui istilah Greenflation dan Lithium Ferro-phosphate maupun gestur ‘mencari jawaban’. Lagi-lagi, Gibran menjadi perbincangan hangat meskipun melahirkan sentimen negatif karena dianggap tak beretika, tidak sopan, tengil dan sebagainya.
“Sesungguhnya, polemik dan sentimen negatif tersebut menunjukkan tingginya antusiasme dan atensi publik terhadap Gibran khususnya dan debat cawapres pada umumnya. Berkat strategi Gibran, debat cawapres menjadi menarik, tidak kaku dan tidak membosankan. Gibran dengan segala kontroversinya memberikan warna tersendiri,” ucap Haidar.
“Bisa dibayangkan betapa membosankannya debat cawapres kalau hanya diikuti oleh calon yang semuanya pro atau saling bersetuju satu sama lainnya? Jangan ikut-ikutan berdalih debat adalah ajang adu gagasan substansial. Dalam konteks kontestasi, debat lebih dari itu,” kata dia.
Singkatan, istilah atau terminologi serta gimik dan gestur Gibran yang menjadi polemik itu, berhasil mengacak-acak emosi masyarakat. Bahkan dampaknya juga namanya terus menjadi perbincangan.
Hal itu sekaligus menjadi hiburan bagi para pendukungnya, jadi kekesalan bagi para pendukung lawan.
“Kita tahu bagaimana perasaan mahasiswa ketika mendengarkan kuliah umum dari seorang profesor atau perasaan rakyat kecil ketika mendengarkan pidato politik dari seorang politikus. Sangat membosankan,” kata dia.
Penampilan Gibran juga dapat membawa dampak positif dalam rangka meningkatkan partisipasi politik anak muda yang selama ini bosan dengan retorika normatif elit lama.
Gibran bisa menjadi simbol perlawanan alamiah anak muda terhadap tradisi lama yang formalitas, lamban dan berbelit-belit.
Namun sayangnya, masih banyak masyarakat bahkan anak muda yang tidak siap dengan gebrakan-terobosan yang dibawa Gibran. Mereka masih terjebak doktrin kuno yang melabeli Gibran dengan istilah-istilah negatif.
BACA JUGA: Jadi Perdebatan Gibran dan Cak Imin, Ini 3 Mobil Listrik yang Gunakan Baterai LFP
“Padahal, mau tidak mau, cepat atau lambat, fenomena partisipasi anak muda dengan gayanya yang unik dalam medan laga politik tertinggi negara ini tetap akan hadir,” bebernya.
Konsistensi strategi dan gaya Gibran di tengah sentimen negatif terhadap dirinya karena ia paham betul sebagian besar (52%) pemilih di 2024 adalah anak muda. Sebuah angka yang potensinya cukup dahsyat untuk memberi legitimasi bagi kemenangannya.
Laporan Wartawan Jakarta: Agus Irawan/Masnur