BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Setelah lebih dari dua dekade menjadi salah satu arsitek kesuksesan bulu tangkis Indonesia, Herry Iman Pierngadi atau yang akrab disapa Herry IP, mengumumkan pengunduran dirinya dari Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Keputusan ini membuka peluang besar bagi negara-negara lain, termasuk Malaysia dan Tiongkok, untuk merekrut pelatih berusia 62 tahun itu sebagai bagian dari upaya meningkatkan prestasi bulu tangkis mereka.
Herry IP dikenal sebagai salah satu pelatih ganda putra terbaik di dunia. Ia telah melahirkan juara-juara kelas dunia seperti Tony Gunawan/Candra Wijaya, Hendra Setiawan/Markis Kido, hingga pasangan ikonik Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Di bawah bimbingannya, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan dikenal sebagai “The Daddies”, meraih gelar juara dunia dan turnamen bergengsi seperti All England. Sementara itu, pasangan muda Fajar Alfian dan Rian Ardianto sukses meraih peringkat satu dunia pada 2022.
Namun, perannya di PBSI berubah sejak tahun lalu. Herry dipindahtugaskan ke divisi ganda campuran, menyerahkan tanggung jawab ganda putra kepada Aryono Miranat.
Dalam restrukturisasi terbaru PBSI, Herry IP memutuskan untuk mundur sepenuhnya, sementara Miranat kembali ke PB Djarum.
Keputusan ini menandai akhir dari era emas Herry IP di PBSI dan membuka babak baru dalam kariernya.
BACA JUGA: PBSI Umumkan Susunan Pelatih Baru Pelatnas
Malaysia Mengincar Herry IP
Di saat yang bersamaan, Persatuan Bulu Tangkis Malaysia (BAM) tengah mencari pengganti pelatih ganda putra mereka, Tan Bin Shen, yang akan meninggalkan organisasi tersebut pada Januari 2025 untuk bergabung dengan tim bulu tangkis Hong Kong. Spekulasi pun bermunculan bahwa BAM akan berusaha merekrut Herry IP.
Dengan pengalaman luas Herry IP, kehadirannya diyakini dapat memberikan dampak signifikan, khususnya bagi pasangan peringkat enam dunia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, yang menunjukkan potensi besar tetapi masih membutuhkan konsistensi untuk menembus puncak.
Malaysia, yang belum pernah meraih medali emas Olimpiade, bisa menjadikan Herry IP sebagai strategi kunci untuk memecahkan kutukan tersebut di Los Angeles 2028.
Namun, tantangan utama bagi BAM adalah pendanaan. Setelah baru-baru ini menunjuk Kenneth Jonassen sebagai pelatih kepala tunggal nasional, fleksibilitas keuangan organisasi ini mungkin terbatas.
Tiongkok Tidak Mau Ketinggalan
Selain Malaysia, Tiongkok juga dilaporkan tertarik merekrut Herry IP. Dalam beberapa tahun terakhir, Asosiasi Bulu Tangkis Tiongkok (CBA) mulai membuka diri terhadap pelatih asing.
Dengan ambisi tinggi menuju Olimpiade Los Angeles 2028, CBA memandang Herry IP sebagai sosok yang dapat memperkuat skuad mereka, khususnya di sektor ganda putra yang tengah berupaya bangkit.
Keputusan Herry IP untuk bergabung dengan salah satu dari dua negara tersebut atau memilih jalan lain akan menjadi sorotan dunia bulu tangkis.
Jika Malaysia berhasil merekrutnya, ini bisa menjadi langkah transformatif untuk mengembalikan kejayaan bulu tangkis negeri jiran. Sebaliknya, jika Tiongkok yang memenangkan persaingan, ini bisa menjadi ancaman besar bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Bagaimanapun, peluang untuk bekerja dengan pelatih legendaris seperti Herry IP adalah kesempatan emas yang tidak datang dua kali. Kini, dunia bulu tangkis hanya bisa menunggu keputusan besar sang pelatih.
(Budis)