BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — UMKM kopi, khususnya kopi sanger sebagai minuman khas Aceh, menghadapi tantangan dan peluang besar di era digital. Artikel ini mengkaji bagaimana pelaku UMKM kopi sanger merespons perkembangan teknologi digital dalam upaya mempertahankan eksistensi dan memperluas pasar. Melalui pendekatan deskriptif-kualitatif, tulisan ini menyoroti strategi digitalisasi, inovasi produk, serta hambatan struktural yang dihadapi pelaku usaha.
Temuan menunjukkan bahwa adaptasi terhadap platform digital, branding kreatif, dan kolaborasi komunitas menjadi kunci utama dalam memperkuat daya saing UMKM kopi sanger di tengah kompetisi global.
Era digital telah merevolusi cara pelaku UMKM menjalankan usahanya, termasuk sektor kuliner seperti kopi. Di tengah berkembangnya budaya ngopi di Indonesia, kopi sanger campuran kopi arabika, susu kental manis, dan gula khas Aceh menjadi salah satu produk lokal yang potensial menembus pasar lebih luas. Namun, digitalisasi bukan hanya tentang penggunaan media sosial, tetapi juga transformasi model bisnis, interaksi dengan konsumen, serta distribusi produk yang efisien.
UMKM kopi sanger perlahan mulai memanfaatkan teknologi digital, baik dalam pemasaran maupun transaksi. Platform seperti Instagram, TikTok, dan marketplace (Tokopedia, Shopee) menjadi sarana utama memperkenalkan produk ke audiens yang lebih luas. Beberapa UMKM bahkan telah berinovasi dengan layanan pemesanan online dan pengiriman ke luar daerah melalui logistik daring.
Baca Juga:
Universitas INABA Sambut Meriah Roadshow Suar Mahasiswa Awards 2025
Teropong Media dan INABA Sepakati Kerja Sama Melalui Penandatanganan MoU
Namun, digitalisasi juga menuntut pelaku usaha untuk memahami algoritma media sosial, desain visual, dan komunikasi digital yang efektif. Mereka yang adaptif berhasil membangun merek kopi sanger sebagai simbol gaya hidup, bukan sekadar minuman.
Di sisi produk, muncul varian kopi sanger dingin, kopi sanger botol siap minum, hingga kolaborasi dengan produk UMKM lain seperti kue tradisional. Inovasi ini menjadi bentuk respons terhadap perubahan selera generasi milenial dan Gen Z. Beberapa UMKM juga bergabung dalam komunitas kopi lokal atau inkubator digital yang memberikan pelatihan branding, keuangan digital, hingga e-commerce.
Meski peluang terbuka lebar, pelaku UMKM kopi sanger menghadapi kendala seperti keterbatasan akses teknologi, literasi digital yang rendah, dan modal yang terbatas untuk promosi daring. Pemerintah dan lembaga pendukung UMKM perlu hadir dalam bentuk pelatihan digital yang berkelanjutan serta fasilitasi infrastruktur internet merata.
UMKM kopi sanger memiliki potensi besar untuk berkembang di era digital apabila mampu melakukan adaptasi strategis. Transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Melalui pemanfaatan teknologi, inovasi produk, dan dukungan ekosistem yang inklusif, kopi sanger bisa menjadi ikon lokal yang bersaing di pasar nasional hingga global.
Penulis:
Mahasiswa Indonesia Membangun (INABA)
Resty Finzania Mazidah
Rafi Sahda Talita
Rahma Hajar Riyani
Sorin Nesa Al-Qubra