BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — DDR Madeena, inovasi alat kesehatan yang dirancang untuk mendukung pelayanan kesehatan seperti skrining medis, medical check-up (MCU), layanan kedaruratan ekstremitas, dan diagnostik penyakit lainnya. Alat kesehatan DDR Madeena ini hasil dari inovasi yang dimulai sejak tahun 1990.
Sebelumnya, Guru Besar Ilmu Fisika Citra FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Gede Bayu Suparta, berhasil mengembangkan teknologi Radiografi Sinar-X Fluoresens Digital (RSFD) yang kini siap diproduksi massal.
“Semoga alat ini bisa menjadi penyemangat para peneliti UGM, karena memang proses komersialisasi hasil riset itu sangat sulit, mahal, lama, dan melelahkan,” kenangnya, mengutip laman resmi UGM, Selasa (3/12/2024)
Perjalanan Riset RSFD Hingga Menjadi DDR Madeena
Penelitian RSFD dimulai sejak 1990, jauh sebelum teknologi komputer dan internet berkembang pesat. Sejak tahun 2000, riset ini dilakukan secara intensif di Departemen Fisika FMIPA UGM, dengan dukungan dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT) serta kolaborasi bersama mahasiswa dan mitra penelitian.
Nama DDR Madeena merupakan akronim dari Direct Digital Radiography dan semangat Made in Indonesia yang diserap menjadi “Madeena”.
Pada tahun 2022 sempat terkendala proses hilirisasi akibat pandemi COVID-19 dan restrukturisasi kelembagaan dari BPPT ke BRIN pada tahun 2022.
Kemudian, PT Madeena Karya Indonesia melanjutkan pengembangan DDR Madeena hingga berhasil mendapatkan izin edar sebagai Alat Kesehatan Dalam Negeri (AKD) dari Kementerian Kesehatan pada 17 November 2022.
Selain itu, DDR Madeena telah memperoleh sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan nilai 57,62% dan tersedia di e-katalog nasional. Dengan status ini, produk tersebut menjadi pilihan utama untuk pengadaan alat kesehatan yang menggunakan dana pemerintah.
Keunggulan Teknologi DDR Madeena
DDR Madeena dirancang dengan fitur-fitur unggulan yang mendukung transformasi digital di sektor kesehatan, seperti:
- Proteksi Radiasi: Dilengkapi ruang timbal knock-down untuk keamanan.
- DICOM Viewer: Memudahkan analisis radiografi digital.
- Sistem PACS dan Teleradiologi: Memungkinkan citra radiografi dikirim dan dibaca dokter spesialis secara daring dari mana saja.
Kemampuan teleradiologi ini sangat relevan dengan kebutuhan layanan kesehatan di daerah terpencil, terutama dengan keterbatasan jumlah dokter spesialis radiologi yang hanya sekitar 2.200 orang di Indonesia.
Sistem ini juga mendukung implementasi UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023 dan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2024 tentang transformasi digital di sektor kesehatan.
Hasil Uji Beta dan Potensi Penggunaan
Untuk memastikan kualitasnya, DDR Madeena telah melalui uji beta di Klinik Pratama FK Undiksha, Singaraja, Bali. Hasil uji menunjukkan alat ini mampu menghasilkan citra radiografi thorax dan ekstremitas yang dapat dibaca dengan akurat oleh dokter spesialis radiologi.
FK Undiksha pun merekomendasikan DDR Madeena sebagai alat yang aman digunakan di rumah sakit, puskesmas, maupun klinik.
DDR Madeena juga mendukung berbagai program kesehatan nasional seperti skrining tuberkulosis (TBC), penyakit kronis paru (PPOK), kanker, hingga pemeriksaan radiologi untuk stunting pada anak.
Kolaborasi untuk Masa Depan
Prof. Bayu mengajak perusahaan dan lembaga masyarakat untuk mendukung produksi dan instalasi DDR Madeena melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) atau kerja sama operasional di fasilitas kesehatan.
“Alat ini dapat menjadi solusi bersama dalam meningkatkan layanan kesehatan, terutama untuk skrining medis dan pemeriksaan pediatrik,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah semakin mendorong penggunaan produk lokal untuk mempercepat transformasi layanan kesehatan yang merata di seluruh Indonesia.
BACA JUGA: Bangga! Startup Binaan UGM Masuk Top 3 Early Stage Startup
Ia berharap agar inovasi DDR Madeena dapat menjadi langkah awal bagi UGM dan para peneliti lainnya dalam menghasilkan riset yang bermanfaat bagi masyarakat sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
(Virdiya/Budis)