BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Legenda bulu tangkis Indonesia, Tontowi Ahmad, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kemerosotan prestasi bulu tangkis Indonesia, terutama di paruh pertama musim 2025.
Dalam enam bulan pertama, tim Merah Putih hanya mampu meraih tiga gelar juara dan itu pun seluruhnya berasal dari sektor ganda campuran, tanpa satupun dari level BWF Super 500 ke atas.
Namun lebih dari sekadar hasil buruk, Tontowi menyoroti masalah yang lebih fundamental, kurangnya motivasi dalam tubuh pelatnas.
Ia menilai, jika seorang atlet sudah kehilangan semangat berjuang, seharusnya mereka mundur dengan terhormat, bukan bertahan demi kontrak semata.
“Kalau sudah tidak punya motivasi, ya berhenti saja,” tegas Tontowi.
“Jangan karena masih ada kontrak lalu latihannya tidak niat, tapi uangnya tetap mau diambil. Itu bukan sikap profesional,” lanjut peraih emas Olimpiade Rio 2016 bersama Liliyana Natsir.
Baca Juga:
Gagal Penuhi Target, PBSI Evaluasi Pemain
Pernyataan tajam ini muncul di tengah sorotan publik terhadap performa Rinov Rivaldy / Pitha Haningtyas Mentari, yang kerap tersingkir di babak awal turnamen BWF World Tour.
Keduanya masih berada di pelatnas dan berlatih seperti biasa, menurut keterangan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Eng Hian.
“Mereka masih latihan normal. Kalau ada yang perlu diselesaikan secara pribadi, itu sudah ada mekanismenya bersama tim pelatih,” kata Eng Hian.
Namun, pernyataan Rinov usai tersingkir di Istora Senayan menjadi bahan evaluasi lebih dalam. Dalam wawancara, ia secara terbuka mengaku sudah kehilangan arah.
“Mungkin saya memang sudah mentok. Sudah tidak bisa berkembang lagi di sini,” ucap Rinov.
Situasi ini memperlihatkan tantangan besar PBSI, bukan hanya soal teknik dan strategi, tetapi krisis mentalitas dan motivasi.
Seruan Tontowi Ahmad bisa jadi sinyal bahwa regenerasi dan sistem pembinaan perlu ditinjau ulang, termasuk memberikan ruang bagi atlet yang sudah jenuh untuk menepi, daripada terus bertahan tanpa semangat.
(Budis)