BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) berbasis limbah organik dalam meningkatkan efisiensi energi listrik berkelanjutan.
Teknologi MFC ini diyakini mampu menjadi solusi nyata dalam menghadapi tantangan keterbatasan pasokan listrik, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur listrik secara optimal.
Fitria Nur Laily ST, mahasiswa program doktoral di Departemen Teknik Kimia ITS, yang menciptakan MFC mengungkapkan MFC memanfaatkan proses kimia dari mikroorganisme yang terdapat dalam limbah organik untuk menghasilkan energi listrik terbarukan.
“Inovasi ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-7, yaitu Energi Bersih dan Terjangkau. Dengan memanfaatkan limbah yang melimpah, kita bisa mendorong efisiensi energi yang berkelanjutan,” ujarnya, melansir laman resmi ITS.
Dalam penelitiannya, Fitria memilih lumpur Sidoarjo sebagai bahan utama. Lumpur tersebut mengandung mikroba alami dan suhu panas yang mendukung proses pembentukan energi dalam MFC.
“Suhu tinggi pada lumpur membantu mikroba tetap hidup dan mempercepat proses reaksi MFC,” jelas Fitria.
Proses pembuatan MFC dimulai dengan mencampurkan limbah organik seperti sisa makanan dan kotoran dengan lumpur Sidoarjo. Reaksi ini memanfaatkan sistem sel volta, di mana mikroba dari lumpur bereaksi dengan limbah organik di bagian anoda, lalu menghasilkan aliran listrik menuju katoda.
Fitria juga memperkaya penelitiannya dengan pengalaman akademik di Saga University, Jepang. Di sana, ia mendalami teknologi MFC berbasis sensor yang fokus pada metabolisme dan adaptasi tanaman terhadap lingkungan.
“Pengetahuan tersebut memperkuat dasar penelitian saya untuk meningkatkan daya listrik dari MFC,” tuturnya.
Selama satu bulan, Fitria melakukan uji coba dan penyempurnaan purwarupa MFC. Ia menambahkan komposisi limbah organik yang lebih kompleks agar mikroba mampu menghasilkan energi secara optimal. Hasilnya, MFC ciptaannya mampu menyimpan energi dalam power bank dan menyalakan lampu LED secara berkelanjutan.
Tak hanya fokus pada aspek akademis, Fitria juga memiliki visi sosial. Ia berambisi mendorong pemanfaatan teknologi MFC di wilayah 3T (Terluar, Tertinggal, dan Terdepan).
Dengan memanfaatkan lumpur dan limbah organik yang mudah dijumpai di lingkungan sekitar, masyarakat dapat menciptakan sumber listrik alternatif secara mandiri.
BACA JUGA:
PEPHYDTIN-DERM, Inovasi Mahasiswa yang Berhasil Menangkan Perak di Ajang MTE 2025
Kurangi Sampah dan Cegah Gas Metana, Mahasiswa Unpad Hadirkan Mini Maggot Farm
“Kita tidak harus bergantung pada lumpur Sidoarjo. Lumpur biasa pun bisa menjadi bahan baku MFC selama mengandung mikroba,” tegasnya.
Menjelang kelulusannya pada Wisuda ke-131 ITS, Fitria berharap inovasi MFC dapat terus dikembangkan secara luas dan memberikan manfaat bagi masyarakat secara menyeluruh.
Ia menekankan teknologi ini bukan satu-satunya solusi, tetapi menjadi bagian penting dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan energi.
(Virdiya/Aak)