JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Usai diumumkannya tarif impor (resiprokal) dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donal Trump, Mobil-mobil buatan China yang beredar di Amerika Serikat kini menghadapi ancaman.
Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif impor untuk produk asal Tiongkok sebesar 34 persen. Kebijakan ini lebih tinggi 2 persen daripada tarif yang diberlakukan untuk Indonesia.
Dengan adanya kenaikan tarif resiprokal, artinya harga barang-barang yang dikirim dari China ke Amerika Serikat, tidak terkecualo mobil ramah lingkungan seperti BEV (Battery Electric Vehicle), dan komponen utama baterai, diprediksi harganya akan meroket.
Selain itu, Trump juga berencana untuk mencabut kredit pajak senilai 7.500 dolar bagi konsumen yang membeli mobil listrik baru.
Belum selesai, Trump pun berencana menangguhkan dana miliaran dolar untuk pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
BACA JUGA:
Tarif Resiprokal AS 32 Persen Direspon JK: Efeknya Tidak akan Besar untuk Indonesia
Begini Sikap Pemerintah RI atas Kebijakan Tarif Resiprokal AS
Kebijakan itu tentunya akan memperberat produsen otomotif China yang berusaha menembus pasar Amerika Serikat.
Di sisi lain, kebijakan itu justru menjadi peluang bagi negara lain, seperti Inggris, untuk memanfaatkan situasi ini. Menurut Thom Groot, CEO Electric Car Scheme, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Trump bisa menguntungkan pasar Inggris.
“Harga mobil listrik di Inggris selama ini terlalu tinggi, dan banyak konsumen merasa terbebani karena harganya tidak terjangkau. Jika ekspor mobil listrik dari China (ke AS) dialihkan ke Inggris, harga mobil tersebut bisa turun,” ujarnya memuat Mashable, Sabtu, 5 April 2025.
Beberapa merek asal China sudah mulai mengekspansi pasar ke Negeri Ratu Elizabeth, yakni BYD, GWM (Great Wall Motor) bersama aliansinya ORA, dan MG (Morris Garage).
Menghimpun data Society of Motor Manufacturers and Traders, pangsa pasar BEV asal Tiongkok di Inggris terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari sebelumnya hanya 2 persen, kini pangsa pasar mobil listrik China di Inggris tercatat meningkat hingga 33,4 persen pada periode 2019 hingga 2023.
Ini menunjukkan bahwa semakin banyak konsumen Inggris yang memilih mobil listrik dari China meskipun statusnya masih impor.
Matthias Schmidt, seorang pengamat otomotif di pasar Eropa, menilai bahwa kebijakan tarif impor yang diterapkan Donald Trump untuk Uni Eropa dapat membuat pasar Inggris semakin menarik bagi produsen mobil listrik asal China.
“Inggris menjadi pasar yang lebih menarik bagi produsen mobil listrik China, karena mereka tidak memberlakukan tarif anti-subsidi seperti yang dilakukan Eropa,” jelasnya.
Kebijakan tarif baru ini tentu akan mengubah dinamika pasar otomotif global, dengan Inggris kemungkinan menjadi tujuan ekspor utama bagi mobil listrik China.
(Saepul)