BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Donor sperma merupakan proses seorang pria menyumbangkan cairan mani yang mengandung sperma untuk membantu kehamilan wanita.
Proses donor sperma ini dilakukan melalui inseminasi buatan.
Umumnya, jenis inseminasi yang sering digunakan ialah intrauterine insemination (IUI), yaitu dengan cara memasukkan sperma donor langsung ke dalam rahim.
Namun, sebelum melakukan donor sperma, seorang pria harus mempertimbangkan konsekuensi yang nanti akan muncul dan memenuhi sejumlah syarat yang ditetapkan.
Di Indonesia, donor sperma tidak diperbolehkan, sehingga tidak ada bank sperma di Indonesia. Hal ini, telah tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 serta PP tentang Kesehatan Reproduksi Nomor 41 Tahun 2014 menyebutkan bahwa di Indonesia, inseminasi maupun bayi tabung hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah.
Persyaratan untuk Menjadi Pendonor Sperma
Donor sperma memerlukan tahap pemeriksaan yang panjang, karena harus memenuhi beberapa syarat. Pada tahap awal, calon pendonor harus mengisi formulir dan mengikuti konseling untuk menilai kelayakannya.
Sebelum melakukan donor sperma, pendonor sperma harus memenuhi kriteria berikut ini.
1. Usia Pendonor
Umumnya, usia pendonor sperma dibatasi antara 18−39 tahun. Namun, beberapa klinik atau bank sperma mungkin memiliki batasan usia khusus, misalnya maksimal 34 tahun.
2. Pemeriksaan Kesehatan
Calon pendonor harus lolos pemeriksaan kesehatan yang mencakup tes darah dan tes urine. Pemeriksaan ini memastikan pendonor bebas dari penyakit genetik seperti cystic fibrosis dan anemia sel sabit, serta penyakit menular seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C. Pendonor juga harus memberikan riwayat penyakit keluarga minimal dua generasi sebelumnya.
3. Pemeriksaan Cairan Mani
Pendonor sperma biasanya diminta memberikan sampel cairan mani untuk pemeriksaan sperma secara menyeluruh, termasuk kuantitas, kualitas, dan pergerakannya. Untuk pemeriksaan ini, pendonor biasanya diminta tidak melakukan ejakulasi selama 2–5 hari sebelum pengambilan sampel.
4. Pemeriksaan Riwayat Pribadi
Gaya hidup calon pendonor juga diperiksa untuk memastikan tidak ada risiko tinggi terhadap penyakit tertentu, seperti infeksi HIV. Pemeriksaan ini mencakup perilaku seperti penyalahgunaan narkoba, kebiasaan merokok, dan kehidupan seksual.
Jika lolos dari syarat ini, pendonor sperma harus memberikan persetujuan final. Apabila setuju, pendonor harus datang ke bank sperma sekali seminggu selama enam bulan untuk mendonorkan sperma.
Kemudian sperma tersebut akan dibekukan dan disimpan sampai siap digunakan. Pendonor juga harus menjalani tes darah dan urine lagi untuk memastikan tidak ada penyakit selama masa donor.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan oleh Pendonor Sperma
Penerima sperma dari hasil donor harus tebuka, seperti menerima identitas pendonor. Dalam hal ini pendonor juga bisa memberikan spermanya kepada pasangan tertentu jika sudah saling kenal.
Namun, sebelum memutuskan untuk menjadi pendonor sperma, pertimbangkan beberapa hal berikut:
1. Siapkah Anda untuk melepaskan hak sebagai ayah biologis dari anak yang lahir?
2. Bagaimana jika anak yang lahir dari donor sperma ingin bertemu dengan Anda di masa depan?
3. Bagaimana jika keluarga atau kerabat mengetahui Anda memiliki anak biologis dari donor sperma?
Jika mendonorkan sperma kepada pasangan yang pendonor kenal, perlu membuat perjanjian mengenai hak dan kewajiban sebagai ayah biologis. Perjanjian ini untuk mencegah masalah di kemudian hari.
BACA JUGA: 13 Manfaat Daun Katuk! Dapat Meningkatkan Kualitas Sperma
Sebelum memutuskan donor sperma, untuk membantu kehamilan, ada baiknya untuk konsultasi dengan dokter atau mempertimbangkannya dengan matang terlebih dahulu. Penting juga, untuk mengingat apa saja konsekuensi yang terjadi ketika melakukan tindakan tersebut.
(Virdiya/Budis)