BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dalam lanskap bisnis kontemporer yang ditandai oleh volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas (VUCA), organisasi tidak lagi bisa mengandalkan strategi bisnis statis. Model strategi tradisional berbasis perencanaan jangka panjang semakin tidak relevan. Martin Reeves dan François Candelon dalam buku “Dynamic Business Strategy: Competing in Fast-Changing and Uncertainty Context” menekankan bahwa untuk tetap relevan dan unggul, perusahaan harus menerapkan strategi dinamis yang flexible, eksperimental, dan mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.
Strategi dinamis tidak mengandalkan prediksi jangka panjang semata, melainkan bersifat iteratif, berbasis data, dan mampu mengakomodasi ketidakpastian. Lima pilar utama strategi dinamis menurut Reeves dan Candelon meliputi:
Strategi sebagai Proses Adaptif, Bukan Rencana Tetap
Strategi diposisikan sebagai proses yang terus-menerus menyesuaikan diri terhadap perubahan. Reeves dan Candelon menggarisbawahi bahwa strategi bukan lagi sekadar dokumen rencana lima tahun yang dibuat di ruang rapat, tetapi harus menjadi proses adaptif yang hidup. Dalam konteks ini, strategi perlu dilihat sebagai “hypothesis-led experimentation”. Hipotesis yang diuji secara terus menerus di pasar nyata. Perusahaan-perusahaan seperti Amazon dan Alibaba tidak berpegang pada strategi tetap, melainkan menggunakan kerangka kerja eksperimental yang memungkinkan mereka belajar cepat dan menyesuaikan arah.

Kemampuan Mengelola Portofolio Strategi
Dalam menghadapi perubahan pasar yang cepat, satu strategi tunggal tidak cukup. Reeves dan Candelon menyarankan agar perusahaan memiliki portofolio strategi, mencakup eksploitasi bisnis inti sekaligus eksplorasi peluang baru. Hal ini dikenal sebagai pendekatan ambidextrous (dua tangan), yaitu menjalankan bisnis yang mapan dengan efisiensi tinggi sekaligus menumbuhkan bisnis baru dengan eksperimen dan inovasi.
Sebagai contoh, perusahaan farmasi global tidak hanya berinvestasi pada lini obat yang sudah menghasilkan (eksploitasi), tetapi juga pada riset dan pengembangan molekul baru yang penuh risiko (eksplorasi).
Membangun Resiliensi dan Antifragilitas
Dalam konteks ketidakpastian, strategi yang baik bukan hanya tentang menjadi yang tercepat atau termurah, melainkan menjadi yang paling tangguh. Reeves dan Candelon memperkenalkan konsep resilience dan antifragility, dimana organisasi tidak hanya mampu bertahan dari guncangan, tetapi justru tumbuh karenanya. Strategi dinamis mengedepankan diversifikasi rantai pasokan, fleksibilitas operasional, dan penguatan struktur organisasi untuk menghadapi ketidakpastian geopolitik, teknologi, dan pasar.
Pengambilan Keputusan Berbasis Data dan Skenario
Strategi dinamis juga menuntut perusahaan untuk bergerak dari intuisi ke data. Reeves dan Candelon menekankan pentingnya dynamic sensing yaitu kemampuan untuk mendeteksi sinyal-sinyal perubahan di pasar secara real-time dan melakukan analisis skenario sebagai basis pengambilan keputusan. Teknologi seperti big data analytics, machine learning, dan AI menjadi alat penting dalam proses ini. Penggunaan algoritma untuk memprediksi perubahan perilaku konsumen pascapandemi dan merespons dengan penyesuaian produk dan saluran distribusi.
Kecepatan dan Kelincahan Organisasi
Di dunia yang berubah cepat, keunggulan kompetitif sering kali ditentukan oleh kecepatan dalam mengeksekusi. Reeves dan Candelon menyoroti pentingnya organizational agility yaitu kemampuan organisasi untuk mengatur ulang sumber daya, struktur, dan proses dengan cepat dan efisien. Ini menuntut budaya kerja yang kolaboratif, sistem kepemimpinan yang desentralisasi, serta kemampuan untuk belajar cepat dari kegagalan.
Konsep ini sejalan dengan teori ambidextrous organization (O’Reilly & Tushman, 2004), serta kerangka kerja dynamic capabilities dari Teece et al. (1997). Penelitian McKinsey (2020) menunjukkan bahwa perusahaan dengan strategi dinamis memiliki 30% peluang lebih besar untuk mengungguli pesaingnya dalam situasi krisis. Sementara itu, Kotler et al. (2021) dalam “Marketing 5.0” menekankan pentingnya teknologi dan adaptasi perilaku pelanggan sebagai bagian dari strategi masa kini.
Teknologi digital dan data analitik menjadi pilar penting strategi dinamis, sebagaimana ditunjukkan dalam studi Accenture (2021) yang menyatakan bahwa organisasi data-driven dapat mengambil keputusan dua kali lebih cepat dan akurat dalam situasi kompleks.
Gojek merupakan contoh nyata strategi dinamis di pasar digital. Mengawali sebagai layanan ojek daring, Gojek melakukan eksplorasi berkelanjutan dengan meluncurkan GoPay, GoSend, GoFood, dan berbagai layanan lain. Perusahaan menerapkan uji coba berbasis data untuk memperluas fitur, menanggapi kebutuhan pasar, serta beradaptasi dengan regulasi lokal. Kemampuan berkolaborasi dan berinovasi secara cepat menunjukkan portofolio strategi yang efektif.
Telkomsel. Sebagai pemain lama di industri telekomunikasi, Telkomsel berhasil melakukan transformasi digital dengan memperkuat produk digital seperti Dunia Games, MaxStream, dan Telkomsel Enterprise. Melalui pendekatan data-driven dan agile product development, Telkomsel mampu menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan perilaku konsumen pascapandemi COVID-19. Strategi ini menggabungkan eksploitasi infrastruktur yang sudah kuat dengan eksplorasi layanan digital baru.
XL Home dan MatahariMall. Tidak semua perusahaan berhasil mengadopsi strategi dinamis. XL Home menghadapi kesulitan bersaing di pasar layanan internet rumah karena kurang adaptif terhadap kebutuhan pasar dan minimnya inovasi berkelanjutan. Sementara itu, MatahariMall yang sempat digadang sebagai e-commerce besar Indonesia gagal bersaing dengan Tokopedia dan Bukalapak karena strategi digital yang tidak lincah, kurangnya pengembangan teknologi, dan kegagalan dalam merespons dinamika perilaku konsumen.
Kedua contoh ini menunjukkan pentingnya kecepatan adaptasi, eksperimen bisnis, dan portofolio inovasi yang aktif. Tanpa elemen-elemen tersebut, strategi yang dibangun tidak mampu menjawab tantangan pasar yang bergerak cepat.
Di tengah percepatan perubahan teknologi, pergeseran geopolitik, dan ekspektasi konsumen yang fluktuatif, strategi bisnis yang adaptif, eksperimental, dan berbasis data akan menjadi keharusan, bukan pilihan. Perusahaan yang sukses di era ketidakpastian bukanlah yang paling besar, tetapi yang paling tangkas dalam menyesuaikan diri, sesuai dengan prinsip Darwinian yang kini berlaku dalam ekosistem bisnis global.
Meskipun strategi dinamis menjanjikan, penerapannya tidak lepas dari tantangan, seperti budaya organisasi yang resisten terhadap perubahan, kurangnya kapabilitas teknologi, serta keterbatasan kepemimpinan visioner. Strategi dinamis merupakan pendekatan kunci untuk memenangkan persaingan di tengah perubahan pasar yang cepat dan tidak pasti.
Melalui adaptasi berkelanjutan, eksperimen strategis, dan pengelolaan portofolio inovasi, perusahaan dapat menciptakan ketahanan dan keunggulan kompetitif. Gojek dan Telkomsel menjadi bukti nyata bahwa strategi ini dapat diimplementasikan secara sukses di Indonesia. Sebaliknya, kegagalan seperti yang dialami XL Home dan MatahariMall menjadi pelajaran penting tentang risiko dari ketidaksiapan dalam menghadapi dinamika pasar.