JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Raksasa teknologi Microsoft melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran terhadap sekitar 6.000 karyawan atau hampir 3 persen dari total tenaga kerjanya secara global. Ini menjadi gelombang PHK terbesar yang dilakukan perusahaan dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Dilansir Associated Press (AP), langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk merampingkan struktur organisasi dan meningkatkan efisiensi di tengah fokus yang semakin kuat pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
PHK paling signifikan terjadi di negara bagian Washington, Amerika Serikat, tempat kantor pusat Microsoft berada, tepatnya di Redmond. Perusahaan melaporkan kepada otoritas setempat bahwa sebanyak 1.985 karyawan terdampak di wilayah tersebut. Sebagian besar berasal dari divisi rekayasa perangkat lunak dan manajemen produk.
Penyesuaian Strategi, Bukan Tanda Krisis
Daniel Zhao, ekonom utama di platform karier Glassdoor, menilai bahwa PHK seperti ini bukan selalu indikator perusahaan tengah menghadapi masalah keuangan. Menurutnya, perusahaan sebesar Microsoft kerap melakukan restrukturisasi untuk menyesuaikan strategi bisnis yang berkembang pesat.
“Banyak orang menganggap PHK hanya dilakukan oleh perusahaan yang sedang kesulitan, padahal perusahaan besar seperti Microsoft juga melakukannya untuk menyesuaikan strategi,” kata Zhao.
Langkah ini menjadi lanjutan dari kebijakan efisiensi yang telah mulai diterapkan sejak awal tahun. Pada Januari 2025, Microsoft telah melakukan PHK skala kecil yang disebut sebagai evaluasi berbasis kinerja. Namun, gelombang terbaru kali ini jauh lebih besar dalam skala dan dampak.
Baca Juga:
Kemenperin Pastikan PHK Global Panasonic TIdak Pengaruhi Bisnis di Indonesia
Impor Singkong akan Dilarang! Jadi Penyebab Produksi tidak Terserap
Karyawan AS Jadi Mayoritas
Data terakhir pada Juni 2024 menunjukkan bahwa Microsoft memiliki sekitar 228.000 karyawan penuh waktu di seluruh dunia. Dari jumlah itu, sekitar 55 persen di antaranya berbasis di Amerika Serikat. Artinya, lebih dari separuh tenaga kerja Microsoft terkena dampak langsung dari kebijakan efisiensi ini.
Meskipun demikian, perusahaan belum merinci secara lengkap negara atau wilayah lain yang terdampak dalam gelombang PHK terbaru ini. Namun, pola serupa juga telah terlihat di sejumlah kantor regional Microsoft lainnya dalam beberapa bulan terakhir.
Dorong Investasi AI
Langkah efisiensi ini dilakukan bersamaan dengan fokus baru Microsoft untuk mempercepat pengembangan produk dan layanan berbasis kecerdasan buatan. Microsoft diketahui telah menggelontorkan investasi besar ke perusahaan AI seperti OpenAI, sekaligus mengintegrasikan teknologi AI ke dalam berbagai platform andalannya, termasuk Windows, Office, dan layanan cloud Azure.
Restrukturisasi internal diyakini menjadi bagian dari upaya untuk memindahkan sumber daya perusahaan ke sektor-sektor yang dinilai lebih strategis dan memiliki pertumbuhan lebih cepat ke depan.
“Kami terus memprioritaskan area strategis yang mendorong pertumbuhan jangka panjang, termasuk AI,” kata juru bicara Microsoft dalam pernyataannya.
Langkah PHK ini menambah panjang daftar perusahaan teknologi besar yang melakukan perampingan tenaga kerja dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Amazon, Google, dan Meta. Sebagian besar perusahaan teknologi kini tengah menghadapi tekanan untuk tetap kompetitif di tengah perlombaan teknologi AI dan tuntutan pasar yang terus berubah.
(Dist)