BANDUNG,TM.ID: Ketahuilah sejarah singkat mengenai lokomotif KA Bandung Raya, yang mengelamai kecelakaan tragis di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (5/1/2024) lalu.
Industri perkeretaapian Indonesia kembali dikejutkan dengan tragedi maut baru-baru ini, yang melibatkan KA Lokal Bandung Raya dengan KA Turangga.
Peristiwa tabrakan kereta itu tepatnya terjadi di jalur Haurpugur-Cicalengka, Kampung Babakan, Desa Cikuya, Kecamatan Cicalengka.
Kecelakaan ini menelan korban jiwa dengan empat orang meninggal dunia dan 28 lainnya mengalami luka.
Salah satu lokomotif yang terlibat adalah CC201 77 17, yang digunakan oleh KA Bandung Raya.
Artikel ini akan mengungkap sisi sejarah hingga teknologi lokomotif KA Bandung Raya tersebut.
Sejarah Lokomotif KA Bandung Raya CC201 77 17
Lokomotif CC201 77 17 memegang peran penting dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Sebagai bagian dari lima lokomotif yang menggunakan vintage livery, lokomotif ini merupakan representasi dari keberlanjutan dan inovasi dalam industri ini.
BACA JUGA: Pasca Adu Banteng, Pemantauan Kondisi KA Turangga dan KA Bandung Raya di Cicalengka
Lokomotif ini adalah bagian dari generasi ke-4 dari seri CC201. Memiliki livery vintage dengan logo roda sayap khas PJKA, CC201 77 17 menjadi salah satu yang paling tua di Pulau Jawa.
Keberadaannya datang sejak tahun 1977, di mana merupakan salah satu seri CC 201 Batch Pertama yang diperkenalkan di Indonesia.
Melansir beberapa sumber, pengadaan lokomotif ini tidak hanya sekadar penambahan armada, tetapi juga bagian dari Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) perusahaan PJKA.
Dari tahun 1977 hingga 2005, PJKA terus mengembangkan teknologi dan kapabilitas lokomotif CC 201, termasuk CC201 77 17.
Saat diperkenalkan pada tahun 1977, teknologi yang diusung oleh lokomotif CC 201 termasuk yang terdepan untuk masanya.
Mesin GEU18C dari General Electric
Lokomotif ini diberi kode GEU18C oleh General Electric, pabrik pembuatnya. Mesin yang digunakan, yaitu GE 7FDL8, termasuk yang terbaru pada era itu.
Mesin empat tak ini memiliki fitur turbocharger, suatu inovasi yang membantu meningkatkan kinerja mesin diesel.
Mesin CC 201 77 17 berjalan dengan menggunakan bahan bakar solar jenis HSD (high speed diesel).
Meskipun sudah berusia 47 tahun, lokomotif ini tetap melayani perjalanan kereta api jarak jauh, kelas ekonomi, maupun campuran, bahkan hingga kereta barang.
Sebagai bagian dari modernisasi perkeretaapian, CC201 77 17 telah memberikan kontribusi yang signifikan.
Terlibat dalam berbagai jenis perjalanan, lokomotif ini menjadi saksi perkembangan sistem transportasi kereta api di Indonesia.
Kecelakaan kereta yang melibatkan Lokomotif KA Bandung Raya dan KA Turangga membawa duka yang mendalam. Namun, pada sisi yang lain dapat mengenali sejarah dan teknologi di baliknya.
(Saepul/Aak)