JAKARTA,TM.ID: Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) buka suara soal keberadaan pihaknya di Italia, terkait isu kontroversial alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor Nikuba (Niku Bayu). Sampai sejauh ini, Nikuba nihil minat beli, belum didapatkan kabar adanya perusahaan otomotif yang berani berkerjasama dengan Aryanto Misel terkait Nikub hasil rancangannya.
Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur BRIN Haznan Abimanyu membantah pihaknya membuntuti Aryanto Misel terkait Nikuba yang digadang-gadang diminati perusahaan otomotif terkemuka di Italia.
“Kebetulan betul datang ke Italia, atas undangan mitra yang sama, dengan teknologi yang berbeda. Tidak ada kaitan dengan Nikuba,” kata Haznan, seperti dilansir Antara, Jumat (14/7/2023).
Ia menjelaskan, pihaknya datang ke Italia untuk menjalin kerja sama terkait motor listrik dengan salah satu perusahaan otomotif asal Italia. Sedangkan kehadiran Aryanto Misel di Italia, tegas Haznan, bukanlah undangan dari pimpinan perusahaan otomotif setempat.
“Yang mengundang bukan perusahaan otomotif, tapi mitra kami yang mengajak untuk bertemu pimpinan perusahaan di sana,” katanya.
BACA JUGA: Ridwan Kamil Sebut Tak Ada yang Spesial dari Nikuba
Nikuba Nihil Minat Beli di Italia
Haznan juga menegaskan bahwa Nikuba dibawa ke Italia, tetapi tidak menemui peminat di sana. Sebelumnya, Nikuba Aryanto Misel dikabarkan ‘go internasional’ menyedot atensi dua raksasa otomotif asal Italia, yakni Ducati dan Ferarri.
Pria asal Cirebon itu lalu terbang ke Italia untuk mempresentasikan temuannya pada 18 Juni 2023. Kemudian setelah pulang ke dari negeri pizza itu, muncul video viral wawancara Aryanto yang ingin menjual nikuba dengan harga Rp 15 miliar.
Aryanto ingin meriset lebih dalam temuannya dengan kerja sama dengan pihak asing yang memang tertarik. Dari sana ia akan memulai untuk mendanai ambisinya tanpa bantuan pihak manapun.
BACA JUGA: Nikuba Aryanto Misel Dijual Rp15 miliar, Pakar ITB Beri Masukan
Haznan mengatakan, pembelian sebuah penemuan sebenarnya diserahkan kepada dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli.
“Tergantung yang mau membeli. Kalau yang mau membeli tidak perlu sertifikasi (ilmiah), ya silakan. Ya misalkan Ferrari mau beli ya silahkan. Tapi kan kenyataannya tidak mau,” ungkap Haznan.
Siapapun, kata Haznan, temuan seperti itu bisa dijual kepada siapapun, walu belum ada pembuktian uji secara ilmiahnya.
Haznan juga mengutarakan, ia sebagai pihak BRIN di bawah naungan pemerintah tidak terlalu ambil pusing, bila ada temuan anak bangsa ingin dijual ke asing.
“Iya silakan saja kalau mau. Kalau ada yang mau,” ucap dia.
Pakar ITB Memberi Masukan untuk Nikuba Aryanto Misel
Pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu menanggapi keinginan Aryanto Misel yang ingin menjual inovasinya senilai Rp 15 miliar.
“Mengenai harga penjualan Nikuba sebesar Rp15 miliar, tentu itu adalah pertimbangan bisnis yang juga harus divalidasi sumbernya,” kata Yannes, Selasa (11/7/2023).
Menurut Yannes, Nikuba Aryanto perlu mendaftarkan hak patennya guna terlindungi kekayaan hak intelektualnnya.
“Logika sederhananya, jika invensi ini sahih, mengapa penemu alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan yang bernama Nikuba itu tidak mematenkan dulu karyanya agar kekayaan intelektualnya terlindungi? Mengapa malah yang bersangkutan koar-koar ke media? Hal ini yang membuat saya jadi merasa ada sesuatu yang ganjil,” ujar Yannes.
Yannes melanjutkan, perihal harga yang diinginkan Aryanto tidak menjadi masalah, tetapi yang terpenting dapat menjamin keberhasilan atau kelayakannya.
“Sebab, dalam industri otomotif, pengembangan dan implementasi teknologi baru memerlukan uji coba, penelitian yang mendalam, serta pengujian dan evaluasi yang ketat sebelum dapat diterima secara luas oleh pasar,” terang Yannes.
(Saepul/Aak)