BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Permasalahan sampah di Bandung Raya termasuk Kota Bandung saat ini menjadi sorotan banyak pihak. Kritisnya tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti membuat pemerintah kewalahan untuk menangani kondisi sampah yang kian hari kian mengkhawatirkan.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jabar saat ini Kota Bandung tercatat mengirim 1.750 ton per hari. Dengan rincian total pengiriman sampah mencapai 170 ritase perhari. Kondisi ini pun didorong agar kiriman sampah bisa ditekan ke angka 1.250 ton per hari dan ritase pengiriman diturunkan menjadi 140 ritase.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung menggencarkan program “tak dipilah tak diangkut” sebagai upaya penurunan produksi sampah khususnya sampah organik yang saat ini telah dilarang untuk dikirim ke Sarimukti.
Ditengah kepanikan penyelesaian masalah sampah, salah satu kawasan di Kota Bandung tepatnya RW 19 Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani telah mengadaptasi pola penyelesaian sampah tanpa harus melakukan pengiriman ke TPA.
Sosok Dody Iriana Memed menjadi orang yang merintis kawasan beban sampah di RW 19. Sejak tahun 2020, kawasan itu tak pernah lagi mengirim sampah ke TPA karena pengolahan sampah organik dan anorganik telah selesai dilakukan di lokasi yang bernama Jasmine Integrated Farming.
Di atas lahan 1.000 meter persegi, Dody bersama 11 orang lainnya berhasil mengurangi beban pengiriman sampah Kota Bandung ke TPA sebanyak 1 ton per minggu. Tak hanya sampah organik, Dody juga mampu mengolah 300 kilogram sampah anorganik untuk diolah dan dijadikan nilai bermanfaat memaksimalkan program Bank Sampah.
“Jadi, Jasmine Integrated Farming ini menjadi solusi penanganan sampah yang telah bergulir sejak 2020 lalu. Kita sudah tak pernah lagi mengirim sampah ke TPA, karena semuanya bisa diolah di sini,” kata Dody, Rabu (6/11/2024).
Keberhasilan Dody dalam mengolah sampah pun tak hanya isapan jempol belaka, studi tiru dan penelitian dari berbagai daerah menjadi bukti nyata bahwa aksi yang dirinya gulirkan di Jasmine Integrated Farming menjadi program yang banyak dilirik oleh para mahasiswa, akademisi hingga instansi pemerintah.
“Banyak yang datang ke sini, ya selain sebagai studi juga ada yang tujuannya sebagai wisata. Dari Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa Tengah, Papua juga pernah datang ke sini untuk melihat dan mempelajari langsung pengolahan di sini,” ucapnya
Secara teknis, pengolahan sampah organik di Jasmine Integrated Farm sendiri menggunakan empat metode mulai dari Open Window, Terawang, Losida hingga pemanfaatan Maggot. Oleh karena itu, satu ton sampah organik per minggu berhasil dirinya bereskan tanpa harus diangkut ke TPA.
Namun, keberhasilan Dody dalam menerapkan pola pemilahan dan pengolahan sampah modern hingga di amati oleh ahli dari Brunei Darussalam pun tak kunjung mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
Inovasi yang di rintis oleh Dody itu bahkan berhasil mengantarkan Kelurahan Antapani Tengah meraih penghargaan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen-PAN RB). Penghargaan tersebut dianugerahkan kepada Teguh Haris Pathon sebagai ASN Terbaik Nasional Kategori Pengawas.
Sayangnya, hal tersebut tak berdampak banyak pada apa yang ada di Jasmine Integrated Farming. Konsep perpaduan pengolahan sampah dan urban farming ini masih harus berjibaku untuk menghidupi operasional sehari-hari.
“Ya kita pada akhirnya mengandalkan apa yang kita miliki saja, tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. Justru dari instansi lain yang banyak memberikan bantuan sarana bagi keberlangsungan di sini,” ujarnya
Kondisi dinding penampungan sampah organik yang dikhawatirkan roboh menjadi salah satu kekhawatiran Dody agar pemerintah setempat bisa memberikan perhatian bagi RW 19.
“Ya sejauh ini kita belum pernah menerima apapun dari pemerintah dan itu tidak kami permasalahkan. Yang penting kita memberikan dampak langsung bagi masyarakat sekitar. Padahal kan kita juga sering dinobatkan sebagai contoh pengolahan sampah terbaik di Bandung Raya. Tapi adopsi dari pemerintah tidak ada,” imbuhnya.
BACA JUGA: Pemkot Bandung Ajak Masyarakat Tionghoa Peduli Pilah Sampah dan Peduli Kawasan Bandung Utara
Sebagai informasi, sampah organik yang seharusnya bisa diolah secara terdesentralisasi masih mendominasi jenis sampah yang diangkut ke TPA Sarimukti. Apabila permasalahan sampah organik bisa cepat diselesaikan, maka volume sampah yang masuk ke TPA Sarimukti dipastikan akan jauh berkurang.
Kondisi normal penanganan sampah Kota Bandung adalah sebanyak ±240 rit truk atau ±1.279 ton sampah/hari. Sementara sampah yang bisa masuk ke TPA Sarimukti ±190 rit, sehingga tersisa ± 50 rit atau ± 200 ton/hari yang akhirnya tertumpuk di 55 TPS Kota Bandung dan akan terus terakumulasi jika tidak segera ditangani.
Sehingga, mengadopsi program yang dijalankan di Jasmine Integrated Farming dan diterapkan di seluruh RW se-Kota Bandung bisa menjadi solusi nyata dalam mengurangi kiriman sampah ke Sarimukti.
(Rizky Iman/Usk)