KARAWANG, TEROPONGMEDIA.ID — Ketua MPR RI Ahmad Muzani menyatakan akan mengusulkan perawatan dan pengembangan rumah pengasingan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, kepada Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
“Kami akan sampaikan hal ini kepada Presiden dan Menbud agar memperhatikan tempat bersejarah ini sebagai bagian dari warisan yang harus dilestarikan,” tegas Muzani usai melakukan napak tilas memperingati HUT ke-80 RI, melansir Antara, Rabu (17/8/2025).
Muzani didampingi seluruh Wakil Ketua MPR RI dalam kunjungan tersebut. Ia mengusulkan pengembangan rumah bersejarah milik Djiauw Kie Siong ini menjadi destinasi wisata edukasi.
“Kalau perlu dikembangkan sebagai destinasi bagi generasi mendatang,” ujarnya.
Ketua MPR juga menyoroti pentingnya kejelasan status kepemilikan rumah tersebut, apakah akan diambil alih negara atau tetap di tangan ahli waris.
“Ini akan kami sampaikan kepada pemerintah untuk diputuskan langkah terbaiknya,” jelasnya.
Muzani mengapresiasi keluarga Djiauw Kie Siong yang telah merawat rumah bersejarah ini. Pihaknya berharap situs bersejarah tersebut terus dijaga sebagai media edukasi bagi generasi muda.
Rumah pengasingan Soekarno-Hatta ini menjadi saksi bisnis peristiwa penting jelang proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Peristiwa Bersejarah Rengasdengklok
Sejarah mencatat peristiwa penting ketika kelompok pemuda pejuang yang tergabung dalam “Menteng 31” membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang pada dini hari pukul 03.00 WIB.
Aksi yang melibatkan tokoh muda seperti Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh ini bertujuan mendesak percepatan proklamasi kemerdekaan menyusul kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik.
Kedua tokoh nasional tersebut ditempatkan di rumah Djiaw Kie Siong, seorang saudagar Tionghoa, setelah awalnya sempat berada di gubuk tua tak layak di pinggir sungai. Selama di Rengasdengklok, bendera Merah Putih telah dikibarkan pada 16 Agustus sebagai persiapan proklamasi.
Di Jakarta, rencana kudeta terhadap Jepang yang disusun Chaerul dan kawan-kawan gagal dilaksanakan karena kurangnya dukungan dari anggota PETA.
Sementara itu, Jusuf Kunto dikirim untuk berkoordinasi dengan pemuda di Jakarta dan akhirnya kembali bersama Achmad Soebardjo untuk menjemput Soekarno-Hatta.
BACA JUGA
Penjemputan Bendera Pusaka: Pendopo Bupati Bogor Pertama Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa
Revisi Buku Sejarah Indonesia Siap Diluncurkan di Momen HUT ke-80 RI
Kesepakatan akhirnya tercapai setelah negosiasi antara golongan tua dan muda. Pada tengah malam 16 Agustus, rombongan tiba di Jakarta untuk mempersiapkan proklamasi keesokan harinya di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 – lokasi yang dipilih sebagai alternatif lebih aman dari Lapangan IKADA yang dijaga ketat tentara Jepang.
Teks proklamasi yang dirumuskan di Rengasdengklok kemudian diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin tik dari kantor perwira Kriegsmarine Jerman, menjadi dokumen bersejarah yang dibacakan pada 17 Agustus 1945, menandai kelahiran Republik Indonesia.
Peristiwa Rengasdengklok menjadi bukti dinamika perjuangan antara kubu diplomasi dan revolusioner dalam menentukan momentum kemerdekaan, dengan rumah Djiaw Kie Siong sebagai saksi bisu peristiwa bersejarah tersebut.
(Aak)