BANDUNG, TREOPONGMEDIA.ID – Japan Open 2025 menjadi panggung yang menyuguhkan tantangan nyata bagi skuad bulu tangkis Indonesia, terutama di sektor tunggal putra dan ganda campuran.
Hasil kurang menggembirakan justru memperlihatkan betapa beratnya proses transisi dan regenerasi yang kini sedang dihadapi oleh Indonesia di tengah persaingan yang makin ketat dari Asia dan Eropa.
Nama muda seperti Alwi Farhan, yang digadang-gadang sebagai harapan baru tunggal putra Indonesia, belum mampu menciptakan kejutan.
Ia harus mengakui keunggulan Alex Lanier, juara bertahan asal Prancis yang juga rival beratnya sejak level junior. Meski tampil menjanjikan dan memaksakan rubber game, Alwi akhirnya kalah dengan skor 21-14, 15-21, 18-21 dalam laga di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Kamis (17/7).
Kekalahan Alwi menjadi penutup dari lesunya sektor tunggal putra Indonesia di turnamen Super 750 ini, setelah dua seniornya, Jonatan Christie dan Anthony Ginting, lebih dulu tersingkir di babak pertama. Jonatan kalah mudah dari pemain tuan rumah Kenta Nishimoto (13-21, 12-21), sementara Ginting tak kuasa membendung kekuatan Kodai Naraoka (13-21, 19-21).
Baca Juga:
Gagal Penuhi Target, PBSI Evaluasi Pemain
Kondisi serupa terjadi di sektor ganda campuran. Pasangan muda Pelatnas, Amri Syahnawi / Nita Violina Marwah, sempat memberikan perlawanan berarti sebelum kalah dari unggulan Jepang, Hiroki Midorikawa / Natsu Saito, dalam duel rubber game: 21-23, 21-18, 14-21.
Sementara pasangan profesional dari PB Djarum, Rehan Naufal Kusharjanto / Gloria Emanuelle Widjaja, juga belum mampu tampil maksimal. Mereka menyerah dari unggulan Hong Kong, Tang Chun Man / Tse Ying Suet, dengan skor ketat 17-21, 19-21.
Ketiadaan wakil Indonesia di perempat final Japan Open 2025 menjadi sinyal bahwa proses regenerasi yang sedang berjalan belum mencapai kestabilan yang diharapkan.
Baik di sektor tunggal maupun ganda campuran, pemain muda Indonesia masih harus menempa mental dan pengalaman di ajang level atas, apalagi saat berhadapan dengan lawan-lawan tangguh dari Jepang, Prancis, atau Hong Kong.
Turnamen Super 750 seperti Japan Open memang bukan hanya ajang pembuktian, tapi juga panggung ujian sesungguhnya bagi para pemain muda.
(Budis)