BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah Kabupaten Buleleng mempertimbangkan untuk mencari bantuan pihak ketiga dalam mengatasi masalah ratusan siswa SMP di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, yang ternyata tidak bisa membaca.
Usulan tersebut awalnya disampaikan oleh Ketua DPRD Buleleng, Ketut Ngurah Arya.
Siswa yang mengalami keterlambatan membaca harus diberikan pembelajaran tambahan di luar waktu pembelajaran normal.
Pemerintah diharapkan bisa memberikan solusi, salah satunya dengan menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk memberikan tambahan belajar atau les bagi siswa.
“Melihat fenomena yang ada, sepanjang untuk regulasi pendidikan tidak masalah (menggunakan dana BOS),” sambung Arya.
“Sepanjang bagaimana kesiapan tenaga pendidik dan sekolah-sekolah ketika ada anak yang begitu (alami gangguan belajar),” ucapnya, Rabu (16/4/2025).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, lalu menyampaikan, penggunaan dana BOS untuk memberikan penambahan belajar siswa bisa dilakukan dengan pihak ketiga.
Namun, untuk saat ini masih diupayakan memaksimalkan tenaga guru yang ada untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kami dorong dulu dengan guru, kita koordinasi. Kalau masih ada untuk itu, kita optimalkan guru. Kalau guru sudah penuh waktunya, kami coba cari jalan keluar dengan pihak ketiga,” ucapnya.
Dia mengaku telah meminta kepala sekolah agar memberikan waktu tambahan belajar membaca untuk para siswa yang belum bisa membaca. Ratusan siswa itu saat ini merupakan siswa aktif yang belajar di sekolah.
“Kami komunikasikan dengan Kasek agar dilakukan pendampingan, diberi pembelajaran lebih intens untuk belajar membaca dan menulis. Mereka ada di sekolah, tapi belum bisa baca,” kata Ariadi.
Sebelumnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng mengungkapkan, ada 363 siswa SMP di Buleleng dengan kemampuan membaca rendah.
BACA JUGA:
Oknum Guru Cabuli Siswa 11 Tahun Saat Kegiatan Renang di Garut
Mudahkan Calon Siswa dapat Hak Menuntut Ilmu, Pemkot Bandung Siapkan Subsidi Sekolah Swasta
Rinciannya, sebanyak 155 siswa masuk dalam kategori Tidak Bisa Membaca (TBM) dan 208 siswa masuk kategori Tidak Lancar Membaca (TLM).
Diperkirakan, ada sejumlah penyebab siswa tidak bisa atau tidak lancar membaca, di antaranya kurangnya motivasi, pembelajaran tidak tuntas, disleksia, disabilitas, dan kurangnya dukungan keluarga.
Kemudian, ada juga faktor eksternal lainnya, yakni efek jangka panjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan kesenjangan literasi dari jenjang sekolah dasar (SD).
(Kaje)