BANDUNG. TEROPONGMEDIA.ID — Dunia mode kembali dikejutkan oleh langkah besar, Prada resmi mengakuisisi Versace dengan nilai fantastis mencapai Rp23,5 triliun.
Dua merek ikonik asal Italia ini selama bertahun-tahun dikenal punya gaya yang sangat berbeda.
Prada itu minimalisme, dan Versace itu kemewahan yang berani. Tapi kini, mereka berada di bawah satu atap.
Akuisisi ini bukan cuma soal menambah brand, tapi juga strategi jangka panjang untuk menguasai pasar global.
Mereka ingin memperluas jangkauan ke Amerika, Asia, dan Timur Tengah.
Dengan mengakuisisi Versace, Prada bisa langsung “masuk” ke pasar yang sudah punya penggemar kuat, tanpa harus mulai dari nol.
Perubahan Versace
Donatella Versace, yang telah lama menjadi wajah kreatif merek ini, kini menjabat sebagai Chief Brand Ambassador.
Posisi Creative Director diisi oleh Dario Vitale, mantan desainer Miu Miu, yang ditunjuk sebelum akuisisi ini.
Meskipun ada perubahan kepemilikan, Prada berkomitmen menjaga identitas kreatif dan warisan budaya Versace.
Dampak bagi Industri Mode Italia
Dengan adanya akuisisi ini menandai konsolidasi besar dalam industri mode italia, memperkuat posisi merek-merek lokal dalam dominasi grup mode Prancis
Selain itu pemerintah Italia menyambut baik langkah ini sebagai upaya mempertahankan kepemilikan merek-merek okonik dalam negeri
Dengan bergabungnya Versace ke dalam portofolio Prada, yang sudah mencangkup MIu Miu dan Church’s menjadi harapan untuk terciptanya sinergi yang bisa memperluas jangkauan pasar dan inovasi dalam industri model global.
Industri Fashion Sedang Mengalami Konsolidasi
Belakangan ini, industri fashion makin kelihatan kayak permainan antar konglomerat.
Brand-brand besar yang dulunya berdiri sendiri sekarang mulai bergabung di bawah payung perusahaan raksasa seperti LVMH, Kering, atau Richemont.
Fenomena konsolidasi, dan tren ini makin kuat dalam beberapa tahun terakhir, dunia fashion makin kompetitif, dan butuh kekuatan besar buat bertahan, apalagi bersaing secara global.
Buat brand independen atau perusahaan kecil, tantangannya nggak cuma soal bikin desain keren.
Mereka juga harus punya modal besar buat produksi, akses ke pasar internasional, sistem distribusi kuat, dan kemampuan digital marketing yang gila-gilaan, karna tanpa itu semua, susah banget buat eksis, apalagi berkembang.
Karena itu, merger dan akuisisi jadi strategi yang masuk akal.
Daripada pelan-pelan tumbuh sambil kehabisan napas, banyak brand memilih bergabung dengan perusahaan yang lebih besar.
Selain itu, brand raksasa juga terus cari cara buat memperkuat posisi mereka, termasuk lewat pembelian merek-merek yang potensial.
Maka dari itu, sekarang fashion bukan cuma soal desain dan gaya, tapi juga tentang strategi bisnis, aliansi, dan kekuatan modal.
Strategi Jangka Panjang Prada
Langkah ini mencerminkan ambisi Prada untuk memperluas jangkauan mereknya dan bersaing dengan konglomerat fashion besar seperti LVMH dan Kering.
Menurut CEO Prada, Andrea Guerra, akuisisi ini bukan hanya tentang memperluas portofolio merek, tetapi juga tentang memanfaatkan potensi pertumbuhan Versace yang belum tergarap sepenuhnya.
Versace, yang dikenal dengan desainnya yang berani dan ikonik, tetap menjadi salah satu dari sepuluh merek paling dikenal di dunia.
Dengan mengintegrasikan Versace ke dalam jaringan ritel global Prada, perusahaan berharap dapat meningkatkan visibilitas dan menjangkau pelanggan baru di berbagai pasar.
Selain itu, sinergi operasional antara kedua merek berharap dapat menghasilkan efisiensi biaya dan proses yang lebih efisien, meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan.
Langkah ini juga menandai kembalinya Versace ke tangan Italia setelah sebelumnya oleh Capri Holdings, yang memperkuat posisi Italia sebagai pusat kekuatan industri fashion global.
Secara keseluruhan, akuisisi ini menunjukkan strategi jangka panjang Prada untuk memperkuat posisinya di pasar luxury global dan menghadapi tantangan industri fashion yang semakin kompetitif.
(Magang UKRI Ajeng/Budis)