Prabowo Borong 1.000 Ekor Burung Hantu Demi Atasi Hama Tikus di Majalengka

Penulis: Aak

burung hantu prabowo
Burung Hantu (Foto: propaktani)

Bagikan

MAJALENGKA, TEROPONGMEDIA.ID — Presiden RI Prabowo Subianto mengambil langkah cepat membantu petani Majalengka, Jawa Barat, dengan menyediakan 1.000 ekor burung hantu (Tyto alba) sebagai solusi alami mengatasi hama tikus.

Bantuan ini diumumkan saat kunjungan kerja Presiden dalam acara Panen Raya Padi Serentak di 14 provinsi, Senin (7/4/2025).

“Laporan dari petani menyebut serangan tikus sangat meresahkan. Solusi terbaik saat ini adalah burung hantu sebagai predator alami,” ujar Presiden Prabowo yang disiarkan secara daring dari Jakarta.

Rp 150 Juta untuk 1.000 Ekor Burung Hantu

Merespon keluhan petani dan Gapoktan setempat, Presiden langsung menawarkan bantuan konkret.

“Butuh berapa? 1.000 ekor? Dengan harga Rp150.000 per ekor, total Rp150 juta. Saya siap bantu hari ini juga,” tegas Prabowo.

Kepala Negara menegaskan langkah ini sebagai bukti kehadiran negara untuk rakyat kecil. Ia berjanji terus mengoptimalkan anggaran agar manfaatnya langsung dirasakan masyarakat.

“Setiap rupiah uang rakyat harus berdampak nyata, terutama bagi yang paling membutuhkan. Ini komitmen kami,” pungkas Presiden.

BACA JUGA

Adopsi Sarang Burung, Inovasi Unik Warga Lampung Jaga Alam

5 Burung Paling Berbahaya di Dunia, Kok Imut

Fakta tentang Burung Hantu

Mengutip Lembaga Ekologi dan Konservasi, burung hantu memegang peran vital dalam rantai makanan sebagai konsumen tersier atau predator puncak, menempati tingkat tropis keempat.

Keberadaannya tidak hanya penting bagi alam, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi manusia dan lingkungan.

Sebagai predator alami, burung hantu berperan mengendalikan populasi hewan pengerat seperti tikus yang dapat merusak tanaman dan menyebarkan penyakit.

Kemampuannya dalam membasmi hama tikus di sawah membuatnya menjadi solusi ramah lingkungan bagi petani.

Selain itu, burung hantu juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan mencegah ledakan populasi mangsa di alam liar.

Kehadiran burung hantu di suatu wilayah sering dijadikan indikator kesehatan lingkungan. Spesies ini hanya dapat bertahan di habitat yang masih alih dan seimbang.

Sebagai predator efektif, burung hantu harus memangsa hewan lain untuk bertahan hidup, menjadikannya pengontrol alami dalam rantai makanan.

Dengan perannya yang multifungsi, pelestarian burung hantu menjadi penting tidak hanya bagi kelestarian alam, tetapi juga bagi keberlanjutan pertanian dan kesehatan masyarakat. (Sumber: Lembaga Ekologi dan Konservasi)

Burung hantu mampu memangsa 3-5 tikus per malam. Program serupa sukses turunkan serangan tikus 40-60% di daerah endemik.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Bisnis Sosial Berbasis Lingkungan: Cerita UMKM di Balik Tas Upcycle
Bisnis Sosial Berbasis Lingkungan, Cerita UMKM di Balik Tas Upcycle
Mantan PN Surabaya
Mantan Ketua PN Surabaya Didakwa Terima Suap Sin$43.000 Terkait Kasus Ronald Tannur
truk sembao kecelakaan
Truk Sembako Kecelakaan di Sumsel, Mirisnya Malah Jadi Sasaran Jarahan!
Festival Film
WaGub DKI Rano Karno Hadiri Festival Film Cannes 2025, Ingin Jakarta jadi Kota Sinema
suar mahasiswa awards
Suar Mahasiswa Jembatani Kolaborasi Teropong Media dan Unpas
Berita Lainnya

1

Ini Syarat dan Cara Daftarkan Anak ke Barak Militer

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Longsor Menutup Akses Jalan Sersan Badjuri Cihideung

4

Strategi Cost Leadership

5

Menkes Sebut Gaji Rp15 Juta Lebih Pintar dan Sehat Dibanding Gaji Rp5 Juta?
Headline
Kecelakaan Kereta Tabrak 7 Motor di Magetan Tewaskan 4 Orang
Kecelakaan Kereta Tabrak 7 Motor di Magetan Tewaskan 4 Orang
Dedi Mulyadi dipanggil KPK
Gubernur Dedi Mulyadi Sambangi KPK, Ada Apa?
demo akbar ojol
500 Ribu Ojol Demo Akbar Besok, Jakarta Lumpuh Aplikasi Dimatikan!
Kantor Desa Kendan dan Rumah Tertimpa Meterial Longsor Nagreg
Kantor Desa Kendan dan Rumah Tertimpa Meterial Longsor Nagreg

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.