BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Keberadaan fasilitas urinoir yang dirancang sebagai tempat buang air kecil pria dalam posisi berdiri, seperti yang terlihat di mall, perkantoran, dan tempat umum lainnya, semakin mendukung kebiasaan pria untuk buang air kecil dengan posisi berdiri. Namun, apakah buang air kecil dalam posisi berdiri tidak memiliki bahaya?
Terkait posisi buang air kecili, penelitian menunjukan hasil yang cukup beragam. Oleh karena itu, mari kita simak tentang posisi buang air kecil dan sejumlah risikonya.
Bahaya Kencing Berdiri
Peneliti di Departemen Urologi Leiden University Medical Center, Belanda, menganalisis 11 studi yang membandingkan efek posisi kencing berdiri dengan posisi jongkok atau duduk.
Dalam penelitian tersebut mengamati tiga indikator utama buang air kecil yang normal, yaitu kecepatan aliran urine, durasi kencing, dan volume urine yang tersisa di kandung kemih. Faktor-faktor ini menentukan efisiensi tubuh dalam mengosongkan kandung kemih.
Penelitian melibatkan dua kelompok: pria sehat dan pria dengan gangguan saluran kemih bawah. Hasilnya menunjukkan bahwa pada pria sehat, tidak ada perbedaan signifikan antara kencing berdiri dan kencing jongkok. Kedua posisi ini tidak memengaruhi kesehatan mereka secara mencolok.
Namun, pria dengan gangguan saluran kemih mendapatkan manfaat lebih besar saat kencing sambil jongkok. Posisi ini memungkinkan kandung kemih mereka hampir sepenuhnya kosong, dengan hanya tersisa sekitar 25 mililiter urine. Selain itu, durasi kencing pria dengan gangguan ini lebih singkat saat jongkok, rata-rata 0,62 detik lebih cepat dari posisi berdiri.
Meski demikian, studi ini tidak menemukan hubungan antara posisi kencing dengan risiko kanker prostat atau kualitas kehidupan seksual. Dugaan tersebut tidak terbukti dalam penelitian.
Risiko Infeksi Saluran Kemih karena Kencing Berdiri
Salah satu risiko yang perlu diperhatikan dari kebiasaan kencing berdiri adalah kemungkinan penyebaran bakteri melalui cipratan urine. Saat kencing berdiri, urine dapat memantul dari permukaan urinoir atau menyebar dalam bentuk percikan kecil. Bakteri dari urine ini dapat berpindah dan memicu infeksi saluran kemih, terutama di bagian bawah seperti kandung kemih dan uretra.
Gejala infeksi saluran kemih meliputi:
- Nyeri atau perih saat buang air kecil.
- Dorongan terus-menerus untuk buang air kecil.
- Ketidaknyamanan di perut bagian bawah.
- Urine keruh atau bercampur darah.
- Tubuh terasa lelah dan tidak nyaman.
- Sensasi bahwa kandung kemih tidak sepenuhnya kosong.
Meski beberapa infeksi saluran kemih dapat sembuh sendiri, banyak pasien memerlukan pengobatan untuk mencegah infeksi menyebar ke ureter atau ginjal.
Manfaat Kencing Sambil Berjongkok
Bagi pria sehat, kencing sambil berjongkok mungkin tidak memberikan manfaat signifikan. Namun, posisi ini sangat membantu pengidap gangguan saluran kemih bawah. Saat kencing sambil berdiri, tubuh harus mempertahankan posisi tulang belakang yang tegak, yang mengaktifkan banyak otot di sekitar pinggul dan panggul.
Sebaliknya, kencing sambil jongkok membuat otot punggung dan pinggul lebih rileks. Posisi ini juga menyerupai saat buang air besar, di mana kandung kemih berada pada sudut optimal untuk mengosongkan diri secara maksimal.
Tekanan dari perut saat kencing sambil jongkok akan membantu memperlancar aliran urine, sehingga semua sisa urine dapat keluar. Dengan demikian, risiko infeksi saluran kemih dapat berkurang karena bakteri tidak tersisa di saluran kemih.
BACA JUGA: 6 Cara Atasi Buang Air Kecil Terus Menerus!
Pilihlah posisi buang air kecil dengan risiko yang minim, terutama jika Anda memiliki gangguan saluran kemih. Kebiasaan ini juga dapat membantu menjaga kebersihan dan mencegah risiko infeksi.
(Virdiya/Usk)