BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Proyek satelit asal China, SpaceSail, tengah menjadi sorotan dunia setelah menunjukkan ambisi besar dalam merebut pangsa pasar internet satelit, terutama di negara-negara berkembang.
Di tengah dominasi Starlink milik Elon Musk, SpaceSail justru memilih jalur berbeda dengan menyasar wilayah yang selama ini minim akses internet dan cenderung diabaikan penyedia layanan global.
Proyek ini digarap oleh Shanghai Spacecom Satellite Technology Ltd. (SSST), anak perusahaan dari konglomerat milik negara China.
SpaceSail dirancang menggunakan teknologi satelit orbit rendah (LEO) yang memungkinkan koneksi internet berkecepatan tinggi dengan latensi rendah.
“Kami tidak hanya bicara soal teknologi, tapi juga akses dan keadilan digital untuk negara-negara yang selama ini tertinggal dalam konektivitas global,” kata perwakilan SSST dalam forum teknologi satelit di Shanghai, awal Mei lalu.
Fokus ke Pasar Terpinggirkan
Alih-alih langsung menantang pasar utama Starlink seperti Amerika Serikat dan Eropa, SpaceSail mengarahkan ekspansinya ke kawasan Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika.
Wilayah-wilayah ini dikenal memiliki kebutuhan tinggi akan akses internet namun belum terlayani dengan baik.
SpaceSail saat ini sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah mitra strategis seperti Measat di Malaysia, Telebras di Brasil, dan bahkan telah mulai beroperasi di Kazakhstan.
Ekspansi Bertahap, Target 15 Ribu Satelit
Menurut rencana pengembangan, SpaceSail akan dibangun dalam tiga tahap besar:
Tahap 1 (2023–2025): Peluncuran awal 648 satelit untuk cakupan regional.
Tahap 2 (2025–2027): Ekspansi global dengan tambahan 648 satelit.
Tahap 3 (2027–2030): Penyempurnaan jaringan menuju 15.000 satelit dan integrasi langsung dengan perangkat mobile.
Selain untuk koneksi rumah tangga, teknologi SpaceSail dirancang kompatibel dengan perangkat seluler tanpa perlu antena tambahan, menjadikannya lebih efisien di wilayah tanpa infrastruktur telekomunikasi kuat.
Harga Lebih Terjangkau, Daya Saing Lebih Tinggi
Berkat dukungan penuh dari pemerintah China dan biaya produksi yang lebih murah, SpaceSail diperkirakan bisa menawarkan layanan internet satelit dengan harga jauh lebih terjangkau dibandingkan Starlink.
Ini membuka peluang besar untuk menjangkau jutaan pengguna baru di desa-desa terpencil maupun daerah pascakrisis.
Regulasi dan Kepercayaan Global
Meski ambisius, langkah SpaceSail bukan tanpa tantangan. Isu keamanan data dan kedaulatan digital menjadi sorotan, mengingat keterkaitan erat proyek ini dengan pemerintah China. Di beberapa negara, SpaceSail bisa saja menghadapi hambatan regulasi atau bahkan penolakan.
Namun, jika mampu meyakinkan mitra global dan memenuhi standar transparansi internasional, SpaceSail bisa menjadi pemain utama dalam transformasi digital global, khususnya di belahan dunia yang selama ini tertinggal dalam konektivitas.
(Budis)