BANDUNG,TM.ID: Setiap 10 Agustus, bangsa Indonesia memperingati Hari Veteran Nasional. Tujuannya sebagai penghargaan dan penghormatan dari pemerintah dan rakyat Indonesia kepada para pahlawan yang telah berjuang untuk Kemerdekaan RI.
Lalu, siapa veteran itu? Bagaimana sejarah peringatan Hari Veteran Nasional? Simak informasi selengkapnya berikut ini.
Peristiwa Hari Veteran Nasional
Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bergabung dalam kesatuan bersenjata resmi telah mendapat pengakuan pemerintah yang berperan secara aktif dalam suatu peperangan menghadapi negara lain dan/atau gugur dalam pertempuran untuk membela dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau warga negara Indonesia yang ikut serta secara aktif dalam pasukan internasional di bawah mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melaksanakan misi perdamaian dunia,yang telah ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia.
Pemberian Tanda Kehormatan Veteran Republik Indonesia sebagai penghargaan dan penghormatan negara yang Presiden berikan kepada warga negara Indonesia yang telah berjuang, membela, dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan/atau ikut melaksanakan perdamaian dunia.
Baca Juga : Sejarah Dibalik Hari Veteran yang Diperingati 10 Agustus
Presiden Republik Indonesia menetapkan tanggal 10 Agustus sebagai Hari Veteran Nasional dan bukan hari libur. Peringatan Hari veteran Nasional maksudnya untuk mengenang gencatan senjata pada tanggal 10 Agustus 1949 setelah para Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia melawan Tentara Belanda.
Belanda Menyerang Jawa Timur
Pada saat itu Belanda tengah menyerang kota-kota besar di Jawa Timur. Pasukan TNI kemudian menyusun pertahanan yang kuat di Salatiga dan Magelang untuk melindungi Yogyakarta. Pasukan TNI di Yogyakarta menerapkan sistem Wehrkreise atau distrik militer.
Setiap Wehrkreise harus mampu menyusun sendiri kekuatan perlawanan melawan Belanda. Kala itu perlawanan di Yogyakarta dan sekitarnya dipimpin Letnan Kolonel Soeharto. Sementara untuk di dalam kota, dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Kraton Yogyakarta menjadi pusat mengatur siasat dan tempat persembunyian gerilyawan.
Belanda saat itu mengadakan siaran palsu ke luar negeri yang mengatakan TNI telah hancur sehingga mereka bisa menguasai Indonesia kembali. Namun dunia terkejut dengan adanya serangan umum secara mendadak merebut kota Yogyakarta oleh ribuan gerilyawan bersama Letkol Soeharto pada 1 Maret 1949. Serangan ini bertujuan untuk menunjukan bahwa TNI tidak hancur.
BACA JUGA: 4 Klasifikasi Seorang Mantan Pejuang Disebut Veteran Pejuang Kemerdekaan Indonesia
Serangan Gerilyawan TNI di Surakarta
Di samping itu, serangan juga terjadi di Surakarta, bersama Pimpinan Letnan Kolonel Ignatius Slamet Riyadi. Penyebab awalnya lantaran markas Kolonel Gatot Subroto yang hancur diserang oleh Belanda sehingga mengundang kemarahan anak buahnya.
Serangan terhadap Surakarta ini melibatkan Gerilyawan TNI berjumlah sekitar 3.000 orang. Pasukan tersebut menyerang markas tentara Belanda di Surakarta pada 7 Agustus 1949. Namun puncak pertempuran terjadi pada 10 Agustus 1949 atau tepat sehari sebelum perintah gencatan senjata pada 11 Agustus 1949. Peristiwa ini membuahkan hasil melalui Konferensi Meja Bundar (KMB), di mana kedaulatan Republik Indonesia diakui pada 27 Desember 1949.
(Aziz/Masnur)