Perjuangan Warga Mayangan Melawan Abrasi Terabadikan dalam Film Dokumenter EIGER

Film Dokumenter EIGER
(Foto: Eiger)

Bagikan

SUBANG, TEROPONGMEDIA.ID – Namanya Desa Mayangan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang.

Desa ini memiliki destinasi wisata yang terkenal, Pantai Pondok Bali, pesisir Pantura dengan daya magnetnya tersendiri.

Mayangan ramai tiap akhir pekan, menikmati pantai sembari memancing atau sekadar menyantap masakan laut di restoran-restoran mungil, yang telah lama jadi salah satu sumber ekonomi bagi warga Mayangan.

Namun siapa sangka, di balik daerah wisata pantai di Mayangan yang terkenal, ada cerita perjuangan warga desa ini, yang berjuang untuk selamatkan rumah satu-satunya yang mereka miliki.

Selama berpuluh-puluh tahun terakhir, warga Mayangan merasakan betapa dahsyatnya dampak abrasi bagi tanah kelahiran mereka.

Dulu desa ini dikenal sebagai desa tambak dengan kekayaan laut hasil ikan dan udang yang melimpah.

Namun sudah sejak 20 tahun terakhir, Mayangan berubah drastis menjadi desa yang nyaris tenggelam akibat rob berkepanjangan.

Kepala Desa Mayangan Darto mengatakan, desanya telah kehilangan lebih dari setengah luasan wilayah desa tenggelam dihantam abrasi.

“Ratusan hektar lahan tambak dan lahan warga, termasuk rumah dan beberapa bangunan lain, tenggelam karena abrasi dan banjir rob,” ungkap Darto melalui keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (15/10/2024).

Bahkan menurut Darto, Pulau Burung yang berada di sebelah barat Pantai Pondok Bali, dulunya pernah menjadi sebuah daratan yang menyatu.

Namun kini, Pulau Burung terpisah sejauh lebih dari 1,5 kilometer dengan Pantai Pondok Bali.

“Daratannya habis diterjang abrasi bertahun-tahun hingga hari ini,” cerita Darto.

EIGER Adventure, brand penyedia perlengkapan luar ruang asal Bandung, sudah beberapa kali mampir menyambung silaturahminya dengan warga Mayangan.

Beberapa bulan lalu, EIGER singgah ke Mayangan, bahu-membahu bersama warga menanam 10.000 bibit mangrove demi menghalau abrasi.

“Insiatif menanam mangrove di Mayangan telah menjadi gerakan bersama, dengan tujuan melindungi desa dari abrasi yang semakin parah. Berkolaborasi dengan Yayasan Wanadri, warga Mayangan juga membentuk kelompok Siaga Pesisir Utara (Siput), gabungan anak-anak muda desa yang bertugas melakukan monitor penanaman dan perawatan mangrove. Hingga edukasi membibit dan menanam mangrove untuk semua warga desa,” ungkap Darto.

Sabtu (12/10) EIGER kembali singgah ke Mayangan, kali ini agendanya berbeda. EIGER mengajak ratusan warga Mayangan untuk hadir di acara nonton bareng (nobar) sebuah film dokumenter yang direkam EIGER secara khusus, menceritakan perjuangan warga Mayangan dalam menjaga desanya.

(Foto: Eiger)

BACA JUGA: EIGER Kirim Tas untuk Siswa Sekolah Terpencil di Puncak Pegunungan Jawa Barat

Brand Communication Strategist EIGER Mohammad Zakiy Zulkarnaen mengatakan, film dokumenter ini sengaja dibuat oleh EIGER untuk warga Mayangan. Merekam setiap upaya warga Mayangan dalam menanam, merawat dan menjaga hutan mangrove agar desa mereka tidak hilang dihantam abrasi.

“Kami beri judul film ini Matra Pantura. Dibuat oleh EIGER sebagai apresiasi sekaligus menunjukan perjuangan warga Mayangan dalam melestarikan mangrove. Kami akan membawa film ini ke beberapa festival film, juga akan melakukan agenda nonton bareng di berbagai kota lain. Harapannya jadi pemicu diskusi soal kompleksitas masalah di Pesisir Pantura dan menemukan solusinya,” ungkap Zakiy.

Lebih dari seratus warga datang merapat. Acara malam itu meriah sekali. Ada berbagai pedagang jajanan berjajar. Seluruh warga yang datang menonton bisa menukar kupon dengan jajanan gratis yang disiapkan EIGER.

Film diputar kurang lebih selama 30 menit, ditutup dengan diskusi antar warga, dihadiri oleh Kepala Desa Mayangan, Sekretaris Desa, siswa sekolah, komunitas, juga sejumlah aparat desa dan kecamatan.

“Film dokumenter yang indah dari EIGER. Mampu menunjukkan perjuangan warga Mayangan selama bertahun-tahun terakhir. Menularkan kepada siapapun fungsi dan manfaat mangrove, sebagai penopang keberlangsungan kehidupan masyarakat di pesisir pantai,” ucap Mansur, warga sekaligus perwakilan Yayasan Wanadri di Mayangan.

Komentar juga datang dari Abah Encai, salah satu toko masyarakat yang terlahir di Mayangan lebih dari 6 dekade silam. Abah mengatakan, film dokumenter “Mantra Pantura” mengajak siapapun untuk tetap tabah dan tangguh, juga terampil dan terus bergerak dalam mencegah bencana abrasi.

“Terima kasih EIGER. Film ini akan diingat sebagai salah satu cara kita mendokumentasikan upaya kebaikan, mempertahankan desa dan tanah kelahiran, agar generasi anak muda Mayangan kelak punya kehidupan yang lebih baik,” tutup Abah Encai.***

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
cek fisik kendaraan online
Cek Fisik Kendaraan Bakal Jadi Online, Pemeriksaan Lebih Canggih!
Waktu terasa cepat
Kenapa Waktu Terasa Cepat? Simak Penjelasan Ilmiahnya
Alasan logis menyukai anime
5 Alasan Logis Orang Dewasa Menyukai Anime, Lebih dari Hobi!
Istilah wibu
Mengulik Istilah dan Ciri-ciri Anak Wibu
Komisi XIII DPR RI
AKD Baru, Komisi XIII DPR RI Belum Bisa Kerja
Berita Lainnya

1

Prabowo Gunakan Uang Pribadi Biayai Pembekalan Kabinet Merah Putih

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

4

Cara Mention Orang di Status WhatsApp, Mirip Instagram Stories!

5

Bea Cukai Bandung Hadir dalam Acara Roeang Kita UMKM Fest 2024, Budi Santoso: UMKM Harus Naik Kelas
Headline
IMG-20241028-WA0003
Menang di Markas Persik Kediri, Persib Belum Terkalahkan di Kompetisi Liga 1 2024/2025
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans 125-103 dalam Lanjutan kompetisi NBA
Sumpah Pemuda Manchester United
Klub Manchester United Ucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda, Kutip Ucapan Bung Karno
Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga kasus PTDH Ipda Rudy Soik
Jelimet PTDH Ipda Rudy Soik, Kapolda NTT: Kasus Bermula dari Room Karaoke