BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ketupat dan lontong adalah dua makanan yang tak lepas dari tradisi saat menyambut Hari Raya Idulfitri di Indonesia. Keduanya bukan hanya sekadar hidangan lezat, tetapi juga mengandung makna dan filosofi.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perbedaan antara ketupat dan lontong, dari makna dan filosofinya, hingga cara pembungkusannya, cara memasak, dan cara penyajiannya.
Filosofi Ketupat dan Lontong
Ketupat berasal dari kata “ngaku lepat” dalam bahasa Jawa, memiliki makna mendalam yang melambangkan pengakuan atas kesalahan. Dalam beberapa interpretasi, tambahan kata “laku papat” memberikan nuansa empat tindakan, yakni lebaran, luberan, leburan, dan laburan.
Bungkus ketupat yang terbuat dari janur kuning melambangkan penolak bala dan prinsip “kiblat papat lima pancer”, menandakan kembali kepada Allah dan kerumitan kesalahan manusia.
Lontong, berasal dari “olone dadi kothong” dalam bahasa Jawa, menggambarkan bahwa kejelekan akan habis karena telah bermaaf-maafan, terutama saat Idulfitri. Dalam beberapa versi, lontong juga disebut klontong, yang memiliki makna jembatan kecil yang membantu orang berpindah tempat.
Teksturnya yang keras di luar tapi lembut di dalam melambangkan hati yang keras namun mudah menerima nasihat, serta hati yang lunak yang mudah menolong. Setelah momen Lebaran, harapannya hati akan kembali melunak.
BACA JUGA: Tips untuk Membuat Anyaman Ketupat dan Resep, Menyambut Hari Raya Idul Fitri
Pembungkus yang Digunakan:
Ketupat bungkusnya menggunakan janur alias daun kelapa yang masih muda. Bungkusnya melambangkan penolakan terhadap bala dan kembali kepada prinsip “kiblat papat lima pancer”.
Lontong bungkusnya daun pisang, menggambarkan bahwa kejelekan akan habis. Bungkusnya juga dapat kita sebut sebagai jembatan kecil yang membantu melangkah dari satu tempat ke tempat lain.
Cara Memasak
Ketupat memasaknya dengan cara merebus beras yang telah dicuci bersih hingga matang. Teksturnya padat dan kering.
Lontong dengan teknik aron, yaitu dengan merebus beras setengah matang dan kemudian bungkus menggunakan daun pisang. Teksturnya lebih empuk dan kerap berair.
Jadi itu merupakan perbedaan ketupat dan lontong yang ada saat hari raya!
(Kaje)