BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Setelah hampir 10 tahun sejak terakhir kali meluncurkan produk baru, Pebble akhirnya kembali ke panggung smartwatch lewat Pebble Time 2.
Eric Migicovsky, sang pencipta sekaligus otak di balik brand legendaris ini, mengumumkan desain finalnya sambil mengungkap bahwa ia sudah menjajal langsung engineering sample perangkat ini.
Desain awalnya sebenarnya sudah dipamerkan pada Maret 2025, namun versi terbaru ini hadir dengan sentuhan yang lebih matang dan siap rilis ke publik.
Pebble Time 2 dibekali layar sentuh e-paper 64 warna berukuran 1,5 inci yang sudah dilindungi kaca diperkuat dan backlight RGB LED, menjadikannya hemat daya namun tetap nyaman dilihat di berbagai kondisi cahaya.
Smartwatch ini membawa strap quick release ukuran 22 mm, dua mikrofon, speaker, kompas, kemampuan tahan air, dan yang paling mencuri perhatian: daya tahan baterai yang diklaim mampu mencapai hingga 30 hari.
Fitur kesehatannya pun lengkap, mulai dari pemantau detak jantung, pelacak langkah, hingga tracking tidur.
Baca Juga:
Garmin Epix Pro, Jam Tangan Pintar Tangguh di Segala Medan
Secara desain, Pebble Time 2 mengusung bentuk mengotak dengan bodi dan tombol berbahan stainless steel 316, hadir dalam empat pilihan warna: hitam, silver, merah, dan biru.
Untuk konektivitas, smartwatch ini terhubung ke smartphone via Bluetooth, menampilkan notifikasi, mengontrol musik, hingga terhubung ke Internet tanpa ribet.
Kembalinya Pebble ke pasar smartwatch tentu punya cerita panjang. Brand ini lahir dari kampanye Kickstarter pada 2012, meraih pendanaan USD 10 juta, lalu meluncurkan smartwatch pertamanya pada 2013.
Pebble Time dan Pebble Time Steel menyusul di 2015 lewat kampanye kedua. Namun persaingan ketat dan kemunculan Wear OS membuat Pebble kesulitan, hingga akhirnya diakuisisi Fitbit pada 2016. Setelah itu, nama Pebble menghilang dari pasar.
Kini, di 2025, Eric berhasil mengambil kembali merek dagang Pebble melalui perusahaan Core Devices, bahkan meyakinkan Google (pemilik Fitbit) untuk menjadikan PebbleOS sebagai sistem operasi open-source.
Comeback ini jelas membawa nostalgia bagi para penggemar lama sekaligus menawarkan opsi unik di tengah dominasi layar OLED di pasar smartwatch.
(Daniel Oktorio Saragih-Ilmu Komunikasi Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia/Budis)