BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dusun Ngadiprono di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, terdapat sebuah pasar yang membawa pengunjung kembali ke masa lampau masyarakat jawa. Pasar tersebut bernama pasar papringan.
Di lahan kebun bambu seluas 2.500 meter, pasar Papringan menawarkan konsep unik yang mengikuti pasar zaman dahulu.
Lokasi dan Jam Buka
Pasar ini terletak sekitar seratus meter dari Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Pasar ini buka berdasarkan hari baik dalam penanggalan Jawa, yaitu Minggu Wage dan Minggu Pon, dengan jam operasional mulai pukul 6 pagi hingga 12 siang, dua kali dalam 35 hari.
Destinasi Wisata Rekomendasi Kemenparekraf

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengakui Pasar Papringan di Temanggung sebagai salah satu destinasi wisata pasar tradisional unik di Indonesia.
Pengakuan tersebut setara dengan Pasar Terapung Banjarmasin, Pasar Bisu di Sumatera Barat, dan Pasar Kaget di Papua.
Konsep Pasar Tempo Dulu
Pasar ini mengusung konsep pasar Jawa kuno dengan lokasi, mata uang, dan seragam penjual yang menggunakan kain lurik, serta tempat barang belanjaan yang khas.
Tidak hanya itu, pasar ini juga mengingatkan pada konsep pasar tradisional yang ada di Magelang dan Kediri, Jawa Timur.
Inisiatif Komunitas Mata Air dan Spedagi
Pembentuk dan pengelolan pasar Papringan ialah pemuda Dusun Ngadiprono yang tergabung dalam Komunitas Mata Air, bekerja sama dengan Komunitas Spedagi.
Inisiatif ini mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat, yang turut membantu usaha konservasi rumpun bambu menjadi sebuah wisata desa.
Transformasi Lahan Pembuangan Sampah
Pada awalnya, Pasar Papringan dirintis pada 2016 di Kandangan, namun dipindahkan ke Ngadiprono pada 2017.
Lahan rumpun bambu yang dulunya area pembuangan sampah ditata menjadi pasar yang layak dan nyaman, dilengkapi dengan lapak, tempat duduk, dan area parkir ala Jawa tempo dulu.
Antusiasme Wisatawan
Setiap kali Pasar Papringan digelar, selalu dikunjungi ratusan orang dari berbagai daerah, termasuk Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Magelang.
Mata Uang Pring

Alat pembayaran di pasar ini menggunakan mata uang tempo dulu, pring, semacam koin bambu.
Satu pring setara dengan Rp2.000, dan penukaran uang dilakukan di loket sebelum pintu masuk pasar.
Daftar harga pun menyesuaikan dengan alat pembayaran ini.
Produk dan Kuliner Khas
Lapak utama Pasar Papringan menjual aneka makanan dan minuman khas Temanggung, seperti gemblong, mendut, glanggem, jenang, srowol, kimpul kukus, lentheng, sego jagung, lontong mangut, dan kopi asli Temanggung.
Selain itu, ada juga kerajinan bambu dan hasil pertanian penduduk desa. Penyajian makanan sangat kental dengan adat Jawa, tanpa bahan plastik.
Fasilitas Pasar
Pasar Papringan menyediakan berbagai fasilitas seperti area permainan anak-anak, perpustakaan mini, musala, hingga homestay di rumah warga Ngadiprono.
BACA JUGA: Eksplor Wisata Bersejarah di Kota Lama Semarang
Rute menuju pasar bisa ditempuh sekitar 30 menit dari alun-alun Kota Temanggung melalui jalan raya Parakan-Kedu.
Perpaduan konsep ekowisata dan budaya, pasar papringan akan mengajak pengunjung untuk bernostalgia, pada era pasar jawa tempo dulu dengan semilir angin hutan bambu Temanggung.
(Virdiya/Aak)