Pakar UNAIR Soroti Keputusan Donald Trump yang Menarik Keanggotaan AS dari WHO

Editor: Vini

Akibat 10 Barang Ini, Trump Kenakan Tarif Impor ke Indonesia
Donald Trump. (Instagram/realdonaldtrump)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga (UNAIR), Agastya Wardhana menanggapi perihal keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 Donald Trump yang menarik keanggotaan AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah dilantik pada Senin (20/1/2025).

Keputusan ini diambil melalui penandatanganan perintah eksekutif (executive order), yang dapat diberlakukan tanpa persetujuan Kongres.

Langkah serupa pernah Trump lakukan pada 2020 saat menjabat sebagai presiden AS dalam periode pertamanya. Namun, kebijakan tersebut dibatalkan oleh Presiden Joe Biden pada awal masa kepemimpinannya, sehingga AS kembali bergabung dengan WHO.

Alasan Trump Menarik AS dari WHO

Keputusan Trump untuk keluar dari WHO tidak lepas dari faktor pendanaan. Agastya Wardhana, menjelaskan AS merupakan anggota pendiri WHO dan memiliki peran signifikan dalam pendanaan organisasi tersebut.

“AS adalah founding member WHO, yang berarti keberadaannya dalam organisasi ini melekat secara inheren. Namun, ketika AS memutuskan keluar, faktor utama yang menjadi pertimbangan adalah pendanaan,” ujar Agastya, mengutip laman resmi Unair, Rabu (29/1/2025).

Sebagai penyumbang dana terbesar, Trump menilai sistem pendanaan WHO tidak adil dan merugikan AS. Ia membandingkannya dengan Cina, yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak tetapi memberikan kontribusi keuangan yang jauh lebih kecil.

“Trump melihat bantuan luar negeri sebagai sesuatu yang merugikan AS. Dia menilai negaranya telah mengeluarkan uang secara cuma-cuma untuk WHO,” jelas Agas.

Selain itu, kebijakan ini juga mencerminkan gaya kepemimpinan Trump yang lebih berorientasi pada agenda domestik dan cenderung proteksionis.

“Selain berkaitan dengan aspek foreign aid, keluarnya AS dari WHO juga menunjukkan kebijakan luar negeri AS yang kembali ke era Trump. Yaitu sangat menutup diri dan fokus pada diri sendiri,” tambah Agas.

Dampak Global dari Keputusan Trump

Keputusan AS untuk keluar dari WHO berpengaruh pada stabilitas politik global. Trump menciptakan ruang kosong dalam kepemimpinan WHO, yang membuka peluang bagi negara lain (terutama Cina) untuk mengisi kekosongan tersebut.

“Dinamika politik global kini berubah. Negara lain memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengaruhnya dalam WHO,” kata Agas.

Dari sisi sistem kesehatan global, Agas menilai dampaknya tidak terlalu besar. WHO tetap berfungsi karena sistem kesehatan dunia tidak hanya bergantung pada negara anggota, tetapi juga pada jaringan pakar, peneliti, dan organisasi non-pemerintah (NGO).

“Ketika AS keluar dari WHO pada masa pandemi COVID-19, dampak yang muncul lebih bersifat teknis. Namun, secara keseluruhan, sistem kesehatan global tetap berjalan meski tanpa keterlibatan AS,” tambahnya.

Bantuan Luar Negeri yang Terhenti

Dampak yang lebih signifikan justru terjadi dalam sektor bantuan luar negeri. Selama ini, AS berperan sebagai donor utama melalui USAID dan lembaga lainnya. Dengan dihentikannya bantuan ini, negara-negara berkembang yang sebelumnya bergantung pada dana dari AS menghadapi tantangan besar dalam membiayai program kesehatan dan pembangunan.

Trump menerapkan pendekatan yang lebih transaksional dalam kebijakan luar negerinya, sehingga negara-negara penerima bantuan harus beradaptasi dan mencari sumber pendanaan lain. Meski begitu, bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, keputusan ini bukanlah ancaman besar.

“Sejak era Perang Dingin, negara-negara Asia Tenggara sudah terbiasa menghadapi tekanan dari dua kekuatan besar. Mereka memahami cara untuk bertahan. Justru, tantangan lebih besar muncul bagi negara-negara aliansi AS yang selama ini sangat bergantung pada bantuan Washington,” tegas Agas.

BACA JUGA: Kunjungan Donald Trump Jr. ke Greenland Picu Perdebatan soal Ambisi Akuisisi AS

Keputusan Donald Trump untuk menarik AS dari WHO menandai pergeseran kebijakan luar negeri AS yang lebih proteksionis dan berfokus pada kepentingan domestik. Secara global, kebijakan ini tidak hanya memengaruhi keseimbangan geopolitik, tetapi juga mendorong negara-negara lain untuk lebih mandiri dalam menghadapi tantangan kesehatan dan pembangunan.

 

(Virdiya/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Alumni Unpas
Menang di Sony World Photography Awards 2025, Alumni Unpas Harumkan Nama Indonesia
Energi Angin Lepas Pantai
Kembangkan Energi Terbarukan, Indonesia Incar Pemanfaatan Angin Lepas Pantai
Pelajar Indramayu
Pelajar Indramayu Terpilih Masuk Paskibraka Jabar
Wali kota cimahi
Cimahi Tanpa Pungli, Wali Kota Jamin Kesetaraan Akses Pendidikan
Pesan Henhen Herdiana Kepada Bobotoh Yang Berencana Meramaikan Konvoi Juara Persib
Pesan Henhen Herdiana Kepada Bobotoh Yang Berencana Meramaikan Konvoi Juara Persib
Berita Lainnya

1

Ini Syarat dan Cara Daftarkan Anak ke Barak Militer

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

4

Strategi Cost Leadership

5

Longsor Menutup Akses Jalan Sersan Badjuri Cihideung
Headline
PeduliLindungi Diretas Akun Judol
PeduliLindungi Diretas Akun Judol, Pemerintah Kecolongan Lagi!
Wali Kota Bandung Sebut SLB Wiyata Guna Bukan di Kawasan Cagar Budaya
Wali Kota Bandung Sebut SLB Wiyata Guna Bukan di Kawasan Cagar Budaya
Kecelakaan Kereta Tabrak 7 Motor di Magetan Tewaskan 4 Orang
Kecelakaan Kereta Tabrak 7 Motor di Magetan Tewaskan 4 Orang
Dedi Mulyadi dipanggil KPK
Gubernur Dedi Mulyadi Sambangi KPK, Ada Apa?

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.