BOGOR, TEROPONGMEDIA.ID — Desa Cimande di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, hadir sebagai destinasi berbasis budaya yang kaya akan tradisi, khusunya seni bela diri pencak silat.
Para leluhur tanah Cimande mewariskan dua khazanah adiluhung: seni bela diri Penca Cimande dan pengobatan tradisional patah tulang Cimande. Keduanya tidak sekadar keterampilan fisik, melainkan mengandung falsafah hidup, nilai-nilai spiritual, serta kearifan sosial-budaya yang diwariskan turun-temurun.
Komitmen utamanya adalah merawat, melestarikan, dan mengembangkan tradisi ini agar tetap relevan di tengah perubahan zaman. Proses pelestarian yang disebut Ngamumule Cimande ini menjadi tanggung jawab bersama. Masyarakat Cimande hingga saat ini berupaya menjaga keseimbangan antara mempertahankan kemurnian warisan leluhur dengan beradaptasi terhadap perkembangan modern.
Melalui Desa Wisata Cimande, sebagaimana diinisiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, setiap pengunjung diajak untuk tidak hanya menyaksikan, tetapi juga merasakan langsung bagaimana tradisi hidup ini dipertahankan.
Setiap gerakan pencak silat dan pengobatan tradisional Cimande adalah cerita yang bersambung dari generasi ke generasi, membawa pesan kebijaksanaan nenek moyang untuk masa kini dan mendatang.
BACA JUGA
Mengenal Teknik Dasar Pencak Silat, Dari Kuda-Kuda hingga Tangkisan
Bapak Pencak Silat Dunia Eddie Mardjoeki Nalapraya Wafat di Usia 93 Tahun
Misteri Pendekar Cimande: Jejak Abah Khaer yang Tak Terungkap
Kabut tebal masih menyelimuti asal-usul salah satu aliran pencak silat tertua di tanah air – Cimande. Meski telah melahirkan ratusan perguruan silat hingga ke mancanegara, sosok pendiri aliran ini masih menjadi perdebatan hangat di kalangan pesilat.
Satu hal yang tak pernah diperdebatkan: semua sepakat bahwa Maenpo Cimande berasal dari seorang sesepuh yang akrab disapa Abah Khaer. Nama yang memiliki berbagai versi penulisan – Kaher, Kahir, Kair, atau Kaer – menunjukkan betapa tuanya warisan ini. “Abah” sendiri bermakna eyang atau leluhur dalam tradisi Sunda.
Guru Besar Pencak Silat Cimande Panca Sakti, Bapak Rifai, pada tahun 1993 mengungkapkan fakta menarik. Menurutnya, aliran ini pertama kali dikembangkan oleh seorang kyai sakti bernama Mbah Kahir di pertengahan abad ke-18. Di era kolonial sekitar tahun 1900-an, pendekar disegani ini mulai mengajarkan jurus-jurus andalannya kepada murid-murid pertamanya.
Yang membuat sejarah ini semakin menarik, legenda Betawi Si Pitung konon juga merupakan murid aliran ini. Kini, setelah lebih dari dua abad, pengikut Cimande diperkirakan mencapai 4,8 juta jiwa tersebar di seluruh Indonesia.
Namun misteri tetap menganga: dari mana sebenarnya Abah Khaer berasal? Di mana ia memperoleh ilmu silatnya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat setiap perguruan Cimande seolah membawa fragmen sejarah yang berbeda. Satu-satunya benang merah yang tak pernah putus adalah penghormatan kepada sang pendekar misterius yang mewariskan ilmu ini.
Dari pelosok Bogor hingga dojo-dojo modern di Eropa, jurus-jurus Cimande terus hidup. Bukan sekadar teknik bela diri, tapi sebagai warisan budaya yang menyimpan seribu satu cerita yang belum seluruhnya terungkap. Setiap gerakan mengandung filosofi, setiap jurus menyimpan sejarah, dan setiap aliran yang lahir darinya membawa bagian dari teka-teki besar yang belum terpecahkan.
(Aak)