BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Pernahkah kamu mendengar mitos minum air kencing untuk pengobatan? mitos ini mungkin bagi sebagaian orang terdengar aneh dan menjijikan, tapi sudah banyak yang mencoba mitos terapi air kencing tersebut. Namun, bagaimanakah menurut medis?
Agar lebih jelas dan mendapat informasi yang utuh, simak penjelasan artikel ini sampai akhir.
Tentang Terapi Air Kencing
Air kencing atau urine, telah menjadi obat tradisional selama berabad-abad. Melansir dari laman Medical News Today, bangsa Romawi kuno percaya bahwa air seni dapat membersihkan mulut dan memutihkan gigi.
Pada tahun 1944, naturopath asal Inggris, John Armstrong, mengklaim bahwa minum air seni adalah “obat yang sempurna.” Baru-baru ini, pendukung kesehatan alami juga mengklaim bahwa minum air seni dapat memberikan berbagai manfaat, seperti:
- Menyembuhkan luka di mulut
- Meningkatkan penglihatan
- Menggantikan nutrisi yang hilang
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
- Mendukung kesehatan tiroid
Sampai saat ini masih banyak yang menggunakan pengobatan tradisional ini. Umumnya, orang-orang yang menjalani terapi urine akan secara rutin mengonsumsi satu cangkir air seni mereka di pagi hari sebelum sarapan.
Selain itu, beberapa orang juga menggunakan urine sebagai sumber air darurat, misalnya setelah bencana alam atau saat tidak memiliki akses ke sumber air bersih.
Penelitian Ilmiah tentang Terapi Air Kencing
Banyak praktik medis dan budaya kuno di tempat-tempat seperti Mesir, Cina, India, dan kekaisaran Aztec menganggap bahwa minum air seni sendiri bisa dijadikan sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit.
Namun, seperti dilansir dari laman Winchester Hospital, meskipun tidak ada bukti medis yang mendukung urine sebagai pengobatan efektif untuk penyakit-penyakit ini, beberapa penelitian ilmiah menunjukkan bahwa beberapa komponen urine memiliki sifat obat.
Urea, yang merupakan komponen utama urine, diketahui memiliki karakteristik antibakteri, antijamur, dan antivirus. Penelitian juga sedang dilakukan untuk menyelidiki potensi zat-zat dalam urine lainnya untuk mengobati infertilitas dan beberapa bentuk kanker tertentu.
Apakah Terapi Urine Berbahaya bagi Kesehatan?
Meskipun menghirup sampel urine sesekali mungkin tidak langsung berbahaya, penting untuk kamu ingat bahwa urine dapat mengandung zat berbahaya, terutama pada mereka yang telah menggunakan obat-obatan atau terpapar residu kimia, terlebih lagi jika diminum.
Berikut beberapa risiko kesehatan yang dapat muncul dari minum air seni, terutama jika melakukannya secara terus-menerus:
1. Infeksi
Urine tidak steril ketika meninggalkan ginjal. Bakteri yang ada dalam urine, bahkan pada orang sehat, dapat menyebabkan infeksi jika diminum.
Sebuah studi menemukan bakteri seperti Salmonella, Pseudomonas, Shigella, Escherichia coli, dan Staphylococcus dalam urine anak-anak, termasuk strain yang resisten terhadap antibiotik.
2. Dehidrasi
Karena urine bersifat diuretik, meminumnya dapat meningkatkan risiko dehidrasi. Garam dalam urine cenderung mengurangi jumlah air yang dapat digunakan tubuh, yang dapat memperparah kondisi dehidrasi.
3. Ketidakseimbangan Elektrolit
Meminum urine dapat mengubah kadar elektrolit dalam tubuh. Seseorang yang sudah mengalami dehidrasi mungkin menghadapi ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya jika mereka minum air seni dalam jumlah banyak.
4. Risiko Lainnya
Risiko lainnya termasuk paparan bahan kimia berbahaya dalam urine, reaksi alergi terhadap sisa obat-obatan, perawatan medis yang tertunda, serta iritasi dan luka bakar di mulut atau tenggorokan.
Menurut Medical News Today, minum air seni tidak akan meningkatkan kesehatan seseorang. Sebaliknya, dalam beberapa kasus, hal tersebut justru bisa memperburuk masalah kesehatan. Siapa pun yang mencari pengobatan alami sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan yang berpengetahuan tentang masalah ini.
BACA JUGA: Tips Menjaga Aroma Mulut Saat Puasa! Bau Mulut Minggat
Jika masih ada pengobatan alternatif lainnya, sebaiknya hindari pengobatan yang sedikit membahayakan, seperti minum air kencing tersebut. Jangan lupa untuk konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan alami yang lebih aman.
(Virdiya/Usk)