BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Peresean merupakan tradisi adu tangkas berasal dari Pulau Lombok Desa Adat Sasak Ende yang keberadaannya masih terjaga hingga kini.
Dalam peresean, dua orang laki-laki bertarung menggunakan senjata rotan yang dapat melukai tubuh hingga mengeluarkan darah. Mereka juga dilengkapi tameng dari kulit sapi sebagai pelindung.
Tradisi peresean bukanlah pertarungan sembarangan, melainkan memiliki nilai patriotisme yang dalam bagi warga setempat karena erat kaitannya dengan sejarah suku Sasak Lombok.
Sejarah Peresean mencakup seni tari daerah Lombok, dan petarung dalam peresean disebut pepadu.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-13 yang erat kaitannya dengan ritual memohon hujan pada musim kemarau.
Peresean juga merupakan bagian dari ilmu bela diri sejak zaman kerajaan di Lombok.
Awalnya, peresean sebagai permainan adu ketangkasan untuk memilih pemimpin perang dalam perkumpulan di Lombok.
Pertunjukan peresean kemudian menjadi bagian dari atraksi wisata bagi pengunjung desa wisata adat Sasak Ende.
Tradisi adu tangkas ini menunjukkan ketangguhan seorang laki-laki dalam menggunakan kayu rotan dan pelindung dari kulit sapi.
Hal ini melambangkan keberanian, ketangkasan, dan kegagahan, sambil menunjukkan proses pelatihan ketangguhan, seni bela diri, semangat sportivitas, penghargaan diri, serta menjalin silaturahmi dan persahabatan.
Peresean berlangsung dalam lima ronde dengan durasi tiga menit setiap rondenya. Sebelum pertandingan, pepadu diberikan instruksi dan doa untuk kelancaran pertandingan.
BACA JUGA : Mengenal Tradisi Pacu Kude di Aceh Perayaan HUT Kemerdekaan 17 Agustus
Aturan peresean meliputi pukulan yang boleh (bagian atas tubuh), nilai pukulan, penentuan pemenang berdasarkan nilai yang diperoleh, serta penentuan kalah jika pepadu menyerah atau berdarah.
Setelah pertarungan, para pepadu bersalaman dan berpelukan, menunjukkan semangat sportivitas dan persaudaraan dalam tradisi peresean.
(Hafidah Rismayanti/Budis)