BANDUNG,TM.ID: Erotomania mungkin terdengar seperti hal yang sepele atau ‘ge-er’ bagi sebagian orang, namun sebenarnya lebih dari itu. Ini adalah gangguan mental yang memengaruhi cara seseorang memandang cinta dan hubungan. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang Erotomania dan bagaimana hal ini dapat memengaruhi individu.
Apa Itu Erotomania?
Erotomania adalah kondisi kejiwaan di mana penderitanya mengalami keyakinan delusional bahwa seseorang, biasanya orang terkenal seperti politikus atau aktor, jatuh cinta secara berlebihan padanya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Gangguan mental ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi, mulai dari berminggu-minggu hingga bertahun-tahun.
Siapa Penderitanya?
Gangguan mental ini dapat terjadi pada siapa saja, namun kebanyakan kasus terjadi pada wanita, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia paruh baya atau setelahnya. Meskipun demikian, pria juga dapat mengalami gangguan mental ini. Beberapa faktor seperti penurunan gen, lingkungan, dan kondisi kesehatan mental juga dapat berperan dalam munculnya gangguan ini.
Gejala
Penderitanya seringkali menunjukkan gejala-gejala tertentu, antara lain:
- Merasa rendah diri dan kesepian.
- Cenderung menjaga jarak dari interaksi sosial.
- Sering mencari konfirmasi dari orang lain terkait keyakinan delusionalnya.
BACA JUGA: Ini Penyebab Seseorang Melakukan Self-Harm yang Dialami Ira Nandha
Tanda-tanda
Tanda-tanda yang paling jelas dari Erotomania adalah keyakinan yang salah bahwa seseorang mempunyai perasaan yang kuat terhadap penderitanya. Meskipun pada awalnya mungkin membantu suasana hati, namun hal ini dapat menimbulkan masalah serius dalam kehidupan sosial penderita. Mereka mungkin berbicara atau berinteraksi dengan orang yang sebenarnya tidak memiliki perasaan khusus terhadap mereka.
Bahaya dan Pengobatan
Gangguan mental ini dapat menjadi berbahaya, terutama ketika penderita sudah semakin terjerumus dalam delusi. Penderita dapat dituduh sebagai penguntit atau bahkan melakukan pelecehan kepada orang yang menjadi objek delusi cintanya. Hal ini dapat menciptakan ketegangan dalam hubungan sosial dan bahkan dapat berujung pada konsekuensi hukum.
Untuk mengobatinya, beberapa langkah dapat diambil. Terapi merupakan salah satu opsi yang efektif, khususnya cognitive behavioral therapy (CBT). Selain itu, konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai juga bisa menjadi langkah yang dibutuhkan.
(Kaje/Usk)