BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Yuki Tsunoda kini berada di persimpangan karier. Pebalap asal Jepang itu menghadapi tekanan besar setelah hasil jajak pendapat yang dilakukan RacingNews365 menunjukkan lebih dari separuh penggemar Formula 1 tidak lagi menginginkannya bertahan di Red Bull untuk musim 2026.
Musim ini sejatinya menjadi kesempatan emas bagi Tsunoda. Ia dipromosikan dari Racing Bulls ke tim utama Red Bull hanya dua seri setelah kompetisi dimulai, menggantikan Liam Lawson. Namun, performanya di atas mobil RB21 jauh dari kata meyakinkan. Dari 15 balapan, ia baru mengoleksi 20 poin, jumlah yang dinilai terlalu kecil untuk membantu Red Bull bersaing memperebutkan posisi kedua konstruktor.
Salah satu periode paling sulit terjadi ketika Tsunoda gagal mencetak poin selama tujuh seri beruntun, dari GP Monaco hingga Hungaria. Sinar harapan sempat muncul ketika ia finis keenam di GP Azerbaijan hasil terbaiknya musim ini, namun pencapaian itu belum cukup untuk mengangkat reputasinya.
Perbandingan dengan rekan-rekan seangkatannya justru semakin menekan. Isack Hadjar, rookie asal Prancis, sudah berhasil naik podium di GP Belanda.
Liam Lawson, yang sempat digantikannya, tampil mengejutkan dengan finis kelima di Baku. Kedua nama ini kini ramai disebut-sebut sebagai kandidat kuat penerus Tsunoda jika Red Bull memilih jalur perombakan.
Polling publik pun menegaskan tren menurun kepercayaan fans: 53,7% responden menginginkan Red Bull melepas Tsunoda, sementara hanya 39,7% yang percaya ia layak diberi waktu tambahan.
Baca Juga:
Isu Isack Hadjar Promosi ke Tim Utama Red Bull Bisa Jadi Penghambat Karir di Formula 1
Padahal, Tsunoda sempat digadang-gadang sebagai penerus Kamui Kobayashi untuk mengibarkan kembali bendera Jepang di ajang Formula 1.
Rekam jejak Red Bull yang terkenal tak memberi toleransi panjang bagi pebalap “gagal memenuhi standar” membuat situasi Tsunoda makin genting.
Dengan talenta muda seperti Hadjar dan Lawson yang sudah membuktikan diri dalam kesempatan terbatas, kursi Tsunoda di 2026 jelas jauh dari aman.
Kini, satu-satunya jalan bagi Tsunoda adalah konsistensi. Jika gagal tampil stabil di sisa musim 2025, peluangnya untuk bertahan bisa lenyap.
Tahun depan mungkin akan menjadi panggung generasi baru Red Bull, dan Tsunoda harus berjuang keras agar namanya tidak sekadar menjadi catatan singkat dalam sejarah F1 Jepang.