SUKABUMI, TEROPONGMEDIA.ID — Deretan rumah panggung di Kampung Adat Kasepuhan Sinar Resmi, Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, tetap berdiri kokoh.
Masyarakat setempat meyakini bahwa rumah panggung yang mereka bukan sekadar tempat tinggal, tetapi perwujudan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Mengutip jurnal bertajuk Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Kasepuhan Sinar Resmi Cisolok Sukabumi, yang disusun tim peneliti STKIP Arrahmaniyah Depok, konsep kearifan lokal ini menurut para ahli seperti Koentjaraningrat merupakan sistem pengetahuan yang lahir dari interaksi panjang masyarakat dengan lingkungannya.
Di Kasepuhan Sinar Resmi, pengetahuan ini terwujud dalam arsitektur rumah panggung dengan kolong setinggi 40-60 cm, pondasi umpak batu alam, dan atap ijuk yang ternyata memiliki elastisitas sempurna menahan guncangan gempa.
Aspek Fungsi Bangunan
Rumah panggung yang menjadi ciri khas arsitektur Kasepuhan Sinar Resmi memiliki dua aspek fungsi utama, yakni teknis dan simbolis.
Dari sisi teknis, struktur panggung memberikan tiga manfaat konkret:
- Meminimalkan gangguan terhadap daerah resapan air
- Ruang kolong berfungsi sebagai sistem ventilasi alami yang mengatur sirkulasi udara untuk menciptakan kenyamanan termal
- Area kolong dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan berbagai keperluan lainnya.
Pada tataran simbolis, bentuk panggung merefleksikan kosmologi Sunda yang membagi alam semesta menjadi tiga lapisan, yaitu:
1.Ambu handap (dunia bawah)
2. Ambu luhur (dunia atas)
3. Ambu tengah (dunia tengah).
Konsep filosofis ini menempatkan manusia sebagai pusat semesta, sehingga kediaman manusia harus berada di ambu tengah, tidak menyentuh langsung dunia bawah maupun atas.
Tiang penyangga rumah berperan sebagai pembatas sekaligus penghubung yang memisahkan namun juga menyatukan ketiga dimensi kosmologis ini dalam satu kesatuan arsitektural yang harmonis.
Kekuatan arsitektur itu dinilai sebagai bukti bahwa para leluhur mereka sudah paham betul karakter alam setempat.
Tidak hanya tahan gempa, rumah adat ini juga multifungsi. Kolongnya digunakan untuk menyimpan kayu bakar, alat pertanian, bahkan kandang ayam.
Bentuk atap suhunan panjang dan jure yang khas memberikan kehangatan alami bagi penghuninya.
Masyarakat Kasepuhan masih memegang teguh aturan adat dalam membangun rumah. Mulai dari pemilihan bahan, orientasi bangunan, hingga ritual khusus harus dilakukan sesuai ketentuan.
Warisan arsitektur penuh makna ini kini menghadapi berbagai tantangan, di antaranya rumah tembok yang dianggap lebih modern.
Namun bagi para tetua adat, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bilik bambu dan anyaman gedeg rumah panggung akan terus mereka pertahankan.
BACA JUGA
Kampung Adat Miduana: Destinasi Wisata Edukasi dan Religi di Cianjur Selatan
Kampung Adat Mahmud: Misteri, Tradisi, dan Legenda di Kabupaten Bandung
Fakta Menarik:
- 95% rumah di Kasepuhan Sinar Resmi masih berbentuk panggung
- Umpak batu alam bisa berusia lebih dari 100 tahun
- Atap ijuk bisa bertahan 15-20 tahun sebelum diganti
- Sistem kolong mengurangi kelembaban hingga 40% dibanding rumah tembok
(Aak)