BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Mahasiswa Universitas Ciputra menunjukkan kepedulian sosial melalui dunia mode. Lewat kolaborasi kreatif dengan Yayasan Dmart Tithiek Tenger, mereka mengangkat batik karya penyandang disabilitas ke panggung desain fashion kontemporer.
Proyek ini dipimpin oleh Janet Teowarang, dosen Fakultas Desain dan Bisnis (FDB) Universitas Ciputra, yang mendorong mahasiswa untuk memberi nilai baru pada batik Topeng Malangan, warisan budaya lokal yang selama ini kurang mendapat tempat di hati generasi muda.
Batik yang digunakan dalam proyek ini merupakan hasil karya para difabel yang selama ini belum mampu bersaing di pasar fashion modern. Mahasiswa membeli tiga lembar kain batik dari pengrajin disabilitas, masing-masing memiliki motif dan filosofi khas yang merepresentasikan kearifan lokal.
Langkah selanjutnya, motif batik dipindai menggunakan alat beresolusi tinggi untuk menghasilkan data digital yang akurat. Proses ini menjadi awal dari desain ulang motif agar tampil lebih segar dan relevan dengan selera anak muda masa kini. Mahasiswa mencetak ulang motif dalam skala kecil menggunakan tinta ramah lingkungan, sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlanjutan lingkungan.
Menariknya, hasil desain dituangkan dalam bentuk busana mini untuk boneka Barbie. Referensinya diambil dari perjalanan sejarah fashion dunia, menjadikan karya ini sebagai jembatan antara nilai budaya dan isu sosial.
Tiga koleksi miniatur busana pun lahir, memadukan estetika, kreativitas, dan pesan inklusi yang kuat. Setiap desain merupakan interpretasi awal menuju koleksi nyata yang diharapkan bisa dikembangkan lebih lanjut.
“Ini merupakan bagian dari eksplorasi dalam mata kuliah Fashion and Culture,” jelas Janet.
Baca Juga:
Sajiwa Foundation Gelar Kegiatan Inklusi Disabilitas Bersama Rumah Hasanah
Fluviotion: Inovasi Mahasiswa ITB Atasi Krisis Air Bersih di Garut
Ia menambahkan, proyek ini bukan sekadar latihan desain, melainkan juga ajakan untuk menyuarakan inklusi dan memberi ruang bagi karya para penyandang disabilitas.
Janet berharap, melalui pendekatan kreatif ini, batik hasil karya difabel dapat kembali hidup dan mendapatkan tempat di pasar fashion, khususnya di kalangan generasi muda.
“Harapan kita, motif batik karya anak muda penyandang disabilitas ini dapat menjadi lebih menarik, lebih hidup, serta lebih diminati pasar generasi muda, yang selama ini mungkin belum tersentuh oleh batik tradisional dari komunitas difabel,” pungkasnya.
(Virdiya/Budis)