Ludiro Madu: Indonesia Harus Berhati-Hati Jebakan Utang di Era Uang Digital

Uang Digital
(Ilustrasi: Bank Indonesia)

Bagikan

JAKARTA,TM.ID: Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, UPN Veteran Yogyakarta, Ludiro Madu mengatakan, melihat posisi geopolitik Indonesia dalam pengembangan uang digital. Indonesia termasuk ke dalam kelompok emerging countries dengan populasi dan potensi pasar digital yang besar.

Ludiro menyebutkan, dorongan pengembangan mata uang digital di Indonesia lebih disebabkan oleh kebutuhan domestik. Hal ini mengingat potensi pertumbuhan ekonomi digital yang masih terbuka lebar di tanah air.

“Kepentingan itu sangat berbeda dengan China dan AS yang pengembangan mata uang digitalnya lebih didorong faktor geopolitik dan ambisi memperkuat pengaruh global,” kata Ludiro kepada Teropongmedia.id, Rabu (17/1/2024).

Meski demikian, Indonesia tetap perlu menjaga keseimbangan moneter nasionalnya. Upaya itu sangat diperlukan di tengah kecenderungan China yang gencar mengekspor standar CBDC-nya ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Ludiro mengungkapkan, jika tidak berhati-hati, Indonesia bisa terjebak dalam jebakan utang teknologi dan standarisasi oleh negara adikuasa.

“Salah satu cara mengatasi kecenderungan itu adalah Indonesia perlu bekerja sama dengan negara berkembang,” ujarnya.

Tujuannya menjajaki kerja sama multipihak, misalnya di bawah bendera G20. Dengan kerja sama itu mereka dapat menjaga agar pengembangan mata uang digital tidak didominasi negara-negara maju semata.

BACA JUGA: Transaksi Uang Digital Naik, Uang Kertas Bisa Punah? Begini Kata BI

Posisi geopolitik Indonesia memang belum sekuat China atau AS dalam uang digital. Namun demikian, upaya-upaya diplomatik dan kerja sama dengan pihak lain memungkinkan Indonesia dapat menjaga kepentingan nasionalnya dalam persaingan uang digital global ke depan.

Pada akhirnya, negara yang mata uang digitalnya paling banyak diadopsi global akan mendapatkan keuntungan geoekonomi, berupa data finansial warga negara dari negara lain. Keuntungan lainnya adalah pengaruh standar dan kebijakan, serta peningkatan permintaan terhadap mata uang digitalnya.

Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia harus berhati-hati dalam menjalankan kebijakan uang digital. Persaingan uang digital bank sentral ini pada dasarnya merupakan model baru perebutan pengaruh antar-adidaya ekonomi dunia.

“Siapa pun yang memenangi lomba CBDC dapat dianggap mampu memperluas kekuatan geopolitiknya di pentas global,” ucapnya.

 

(Agus Irawan/Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Suami bunuh istri
Dalam Keadaan Lemas, Suami yang Tega Bunuh Istri di Riau Ditangkap Polisi
KPU PSU
KPU-Bawaslu dan Komisi II Bahas PSU Hasil Sengketa Pilkada 2024
Natasha Rizky hijab
Viral! Jawaban Bijak Natasha Rizky Soal Hijab Tuai Pujian Netizen, Berbeda dengan Pendekatan Bubu Ara
Korban rudapaksa ayah tiri
Orang Tua Bejat di Asahan, Biarkan Anaknya Dirudapaksa Ayah Tiri
Hidangan halal singapura
5 Deretan Kuliner dengan Hidangan Halal di Singapura yang Menggugah Selera
Berita Lainnya

1

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

2

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

3

Pertamina Bantah Oplos Pertamax, Kejagung: Penyidik Menemukan Tidak Seperti Itu!

4

Dongkrak Pendapatan, Bapenda Kabupaten Bandung Luncurkan Program Gerebeg Pajak

5

Kulineran di Bandung? Ini 5 Street Food yang Wajib Kamu Datangi
Headline
KPAI teater maut SMK Padalarang KBB
KPAI Sesalkan Insiden Teater Maut di SMK Padalarang yang Tewaskan Siswa
BRIN Ikan Buta
BRIN Temukan Spesies Baru, Ikan Buta Tanpa Mata di Perut Bumi Karst Klapanunggal Bogor
Pemkot Bandung Bakal Rubah Langkah Pasar Murah Agar Tepat Sasaran
Pemkot Bandung Bakal Rubah Langkah Pasar Murah Agar Tepat Sasaran
55 Rumah Terdampak Pergerakan Tanah Terjadi di Kampung Margamulya Tasikmalaya
90 Rumah Terdampak Pergerakan Tanah di Kampung Margamulya Tasikmalaya

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.