BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Penerima beasiswa LPDP, Nauris dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR), menganggap LPDP selain sebagai bantuan dana pendidikan, juga sebagai wadah bagi individu yang memiliki visi linier dan komitmen nyata untuk berkontribusi kepada bangsa.
“Menurutku, bukan LPDP yang membentuk pola pikir kami sebagai awardee. Justru LPDP memilih orang-orang yang sudah memiliki pola pikir progresif dan semangat berkontribusi untuk Indonesia,” jelas Nauris, melansir laman resmi Unair.
Nauris telah menekuni desain grafis sejak masa pesantren. Ia tidak sekadar memandangnya sebagai keterampilan, tetapi sebagai media komunikasi yang mampu memberi dampak luas.
Lewat pengalaman mengelola UMKM madu dan produk herbal, Nauris mulai menyadari bahwa desain dan media dapat menjadi jembatan untuk memajukan UMKM agar lebih modern dan kompetitif.
“Banyak UMKM masih menggunakan cara tradisional dan belum memiliki strategi komunikasi visual yang kuat. Karena itu, saya memilih studi Global Media Communication, agar bisa membantu UMKM berkembang melalui desain dan media,” ungkapnya.
Menjawab Tantangan yang Sering Terlupakan
Perjalanan Nauris menuju titik ini tidak selalu mulus. Ia mengakui bahwa dirinya bukan mahasiswa dengan prestasi akademik gemilang sejak awal. Rasa kurang percaya diri sempat menghampiri karena merasa tidak secerdas teman-temannya.
“Saya bukan orang yang sangat pintar. Saya berada di level menengah dan harus terus belajar. Tapi saya percaya, kalau kita yakin, kita bisa melewati batas diri sendiri,” tuturnya.
Nauris juga menghadapi tantangan lain yang jarang dibicarakan, seperti tekanan ekspektasi sosial dan imposter syndrome—perasaan tidak layak meski sudah bekerja keras. Ia mengatasinya dengan mulai menghargai diri sendiri tanpa harus menunggu pengakuan orang lain.
“Itu yang membuat saya sadar bahwa langkah pertama adalah menghargai diri sendiri. Dari situlah semangat saya terus tumbuh,” ujarnya.
Menurutnya, siapa pun bisa melampaui batas diri asalkan percaya pada kemampuan sendiri. “Kalau kamu yakin bisa sampai angka 7, sebenarnya kamu bisa mencapai angka 9,” tambahnya.
BACA JUGA:
Kisah Nadhifa Ramadhani, Penyandang Disabilitas yang Lolos LPDP ke Columbia University
Bikin Terharu! Kisah Mahasiswa UGM yang Ingin Mengabdi di Daerah 3T
Nauris percaya bahwa kontribusi untuk bangsa bisa dimulai dari hal-hal kecil yang bermakna. Ia menekankan bahwa proses jauh lebih penting daripada pencapaian instan. Selama seseorang menapaki jalan yang baik, dampaknya akan terasa.
Ia juga menegaskan bahwa persiapan untuk meraih LPDP tak hanya bergantung pada aspek akademik, tetapi juga pada pemahaman diri dan komitmen kontribusi. Menurutnya, refleksi diri, pemahaman studi yang relevan, dan penguatan nasionalisme menjadi kunci agar seseorang dapat memberikan dampak nyata bagi Indonesia.
“Menjadi intelektual berarti siap bertanggung jawab untuk membawa perubahan, sekecil apa pun bentuknya,” pungkasnya.
(Virdiya/Budis)