BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Masyarakat Sunda telah lama mengembangkan kearifan lokal dalam memanfaatkan tumbuhan sekitar untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit. Salah satu bentuk pengetahuan dalam pengobatan tradisional Sunda ini dikenal dengan istilah Leuhang.
Mengutip laman Kemendikbud RI, menurut Kamus Umum Basa Sunda yang diterbitkan oleh Panitia Kamus Lembaga Basa & Sastra Sunda, Leuhang didefinisikan sebagai air rebusan berbagai jenis daun yang memiliki rasa kelat dan aroma khas karena masih mengandung getah. Air ini biasa digunakan sebagai obat untuk penyakit kulit dan beberapa jenis penyakit lainnya.
Leuhang biasanya dibuat dengan merebus berbagai macam daun yang memiliki khasiat obat, seperti daun sirsak, kayu manis, cengkih, salam, sirih, alpukat, serai, kecombrang, pandan, dan jeruk.
Proses penggunaannya bisa dilakukan dengan dua cara: memakai air rebusan langsung untuk mandi atau memanfaatkan uapnya saja sebagai terapi.
Bahan-bahan untuk membuat Leuhang umumnya diambil dari lingkungan sekitar tempat tinggal, menunjukkan bagaimana masyarakat Sunda secara turun-temurun telah memanfaatkan sumber daya alam secara bijak untuk kebutuhan pengobatan.
Praktik ini tidak hanya mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, tetapi juga menjadi warisan pengetahuan yang terus dilestarikan.
Proses Pembuatan Leuhang
Untuk membuat leuhang, berbagai bahan alami dimasukkan ke dalam panci dan direbus dengan air. Setelah mendidih, uap dari rebusan ini digunakan untuk terapi mandi uap.Caranya, air rebusan dipindahkan ke wadah seperti baskom yang diletakkan di lantai.
Orang yang akan menjalani terapi duduk di bangku rendah di depan baskom tersebut, kemudian tubuhnya ditutupi dengan kain sarung dan selimut agar uap leuhang dapat menyebar merata ke seluruh tubuh.
Setelah terapi uap dirasa cukup, tubuh dikeringkan dengan handuk. Selain metode uap, air leuhang juga bisa digunakan langsung untuk mandi.
Praktik pengobatan tradisional ini merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Sunda. Seperti diungkapkan Iskandar (2014), masyarakat Sunda sejak dulu telah menguasai pengetahuan mendalam tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat herbal.
Pengetahuan ini berkembang seiring dengan kebudayaan mereka, sehingga berbagai ramuan tradisional seperti leuhang telah teruji keamanan dan khasiatnya melalui penggunaan turun-temurun.
BACA JUGA
Tarawangsa: Dimensi Kosmologis yang Bukan Sekedar Karya Seni dalam Budaya Sunda
Pengetahuan Leuhang yang Semakin Langka
Pengetahuan tentang leuhang dan praktik ngaleuhang sebagai warisan budaya Sunda kini semakin langka.
Meski demikian, masih ada beberapa pelaku kreatif yang berupaya melestarikan tradisi ini dengan mengembangkan terapi leuhang sebagai bentuk usaha. Salah satu contohnya dapat ditemukan di Desa Cisondari, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.
Di tempat ini, pengunjung yang ingin menjalani terapi leuhang akan masuk ke dalam bilik berukuran 1,5 x 1,5 meter yang dilengkapi lubang untuk kepala. Uap leuhang dialirkan ke dalam bilik melalui pipa yang terhubung dengan alat perebus khusus yang bisa mengatur suhu dan intensitas uap.
Menurut pengelola, terapi ini diyakini mampu mengeluarkan racun tubuh, melancarkan peredaran darah, membuat badan terasa lebih ringan, serta meningkatkan nafsu makan dan kualitas tidur.
Awalnya, pembuatan dan pemanfaatan leuhang hanya dilakukan secara sederhana di rumah-rumah untuk pengobatan mandiri.
Namun dalam perkembangannya, pengetahuan tradisional ini kini mulai dimanfaatkan sebagai peluang usaha dengan peralatan yang lebih modern dan praktis.
Transformasi ini tidak hanya menjaga kelestarian budaya tetapi juga menciptakan nilai ekonomi bagi pelakunya.
Leuhang sebagai pengetahuan tradisional Sunda terbukti memiliki manfaat ganda – baik untuk kesehatan maupun potensi ekonomi.
Warisan budaya ini patut dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian dari upaya memajukan kebudayaan Indonesia sekaligus memberikan manfaat konkret bagi masyarakat.
(Aak)