Site icon Teropong Media

Kritik Fadli Zon Soal Pemerkosaan Massal 1998, Aktivis Ita Fatia Diteror

aktivis ita fatia

(YouTube Kemarin Esok)

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pendamping korban kekerasan seksual etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998, Ita Fatia Nadia, mengaku mengalami teror beruntun setelah mengkritik pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut tidak ada bukti pemerkosaan massal dalam kerusuhan 1998.

Ita menyampaikan, teror pertama diterimanya hanya beberapa jam setelah ia menjadi pembicara dalam konferensi pers Koalisi Perempuan Indonesia, Jumat (13/6/2025).

Dalam agenda itu, Ita menolak pernyataan Fadli Zon dan menyebut pernyataan sang menteri sebagai kebohongan publik.

“Kamu antek Cina karena bicara perkosaan Tionghoa. Siapa bilang Prabowo terlibat,” kata Ita menirukan ancaman dari penelepon misterius, Jumat pukul 20.00 WIB.

Ita hadir dalam konferensi pers bersama sejumlah tokoh lain, yakni aktivis HAM Kamala Chandra Kirana, Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Sulistyowati Irianto, dan Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid.

Dalam kesempatan itu, Ita juga menegaskan bahwa pemerkosaan terhadap perempuan Tionghoa adalah fakta sejarah, bukan rumor, seperti yang dikatakan Fadli.

Ia juga menolak klaim Fadli yang menyatakan Komnas Perempuan tidak dibentuk lewat Keputusan Presiden BJ Habibie.

Sehari setelahnya, Sabtu pagi, Ita kembali mendapat ancaman serupa dari nomor yang sama. Suara penelepon terdengar lebih pelan namun tetap mengancam,

“Mulutmu minta dibungkam selamanya.”

Baca Juga:

Pernyataan Pemerkosaan Massal 1998 Dikritik, Fadli Zon Klarifikasi

Sebut Pemerkosaan Massal 1998 Hanya Rumor, Fadli Zon Dituntut Minta Maaf!

Ita mencoba melacak nomor tersebut menggunakan aplikasi, tetapi hasilnya nihil. Pada Senin (16/6/2025), teror kembali datang. Kali ini, nomor penelepon bahkan tidak muncul di layar ponselnya. Karena rangkaian teror tersebut, Ita memilih mundur sementara dari wawancara publik.

“Saya istirahat dulu, memilih selamatkan keluarga,” ujarnya kepada wartawan.

Ita Fatia Nadia dikenal sebagai aktivis perempuan sejak rezim Orde Baru. Ia merupakan bagian dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan Tim Relawan untuk Kemanusiaan untuk tragedi Mei 1998.

Pada masa itu, ia sempat mendapat ancaman pembunuhan terhadap anaknya hingga akhirnya memilih pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.

Sebagai komisioner Komnas Perempuan periode 1998–2006, Ita juga pernah mengalami teror serupa usai memprotes pengesahan UU TNI. Ia menyatakan telah melaporkan seluruh ancaman kepada Amnesty International Indonesia.

(Anisa Kholifatul Jannah)

Exit mobile version