BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Dua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil menorehkan prestasi gemilang di kancah nasional. Arief Reksa Pambudi (Prodi Hukum, 2024) dan Aulia Fristi Ningsih (Prodi Akuntansi, 2023) keluar sebagai Juara 1 dalam ajang Business Plan Competition Economic Management Creative yang digelar Universitas Negeri Semarang (UNES) pada pertengahan Agustus 2025.
Dalam kompetisi yang diikuti lebih dari 300 tim mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia ini, Reksa dan Aulia mengusung ide bisnis berbasis circular agriculture.
Mereka memanfaatkan keong emas yang merupakan hama padi, menjadi pupuk organik cair (biofertilizer).
“Kami ingin mengubah masalah menjadi solusi. Dari hama yang merugikan petani, kami olah kembali menjadi pupuk yang bermanfaat bagi tanaman padi,” ujar Reksa kepada Humas UMY.
Inovasi yang Lahir dari Latar Belakang Petani
Gagasan ini tidak muncul begitu saja. Reksa yang tumbuh dalam keluarga petani melihat langsung bagaimana hama keong kerap merugikan hasil panen. Dari situlah ia bersama Aulia mencoba menghadirkan solusi ramah lingkungan sekaligus menguntungkan bagi petani.
Sebelum mengikuti kompetisi, keduanya sudah aktif mengembangkan produk melalui program pendanaan P2MW Kemendikti Saintek. Mereka juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, seperti BPPSDMP Kementerian Pertanian, Desa Sejahtera Astra, kelompok tani, hingga Kelompok Wanita Tani (KWT). Dukungan tersebut membuktikan bahwa inovasi ini tidak hanya sebatas ide, tetapi sudah diuji langsung di lapangan.
Perhitungan Bisnis yang Matang
Sebagai mahasiswa akuntansi, Aulia berperan penting dalam merancang strategi keuangan. Ia menyiapkan proyeksi bisnis dengan analisis finansial lengkap, mulai dari biaya produksi, margin keuntungan, ROI (Return on Investment), NPV (Net Present Value), hingga IRR (Internal Rate of Return).
“Investor akan lebih percaya jika produk punya proyeksi keuntungan yang jelas. Sejak awal kami ingin menunjukkan bahwa bisnis ini punya prospek jangka panjang,” jelasnya.
Proses menuju kemenangan tidaklah mudah. Sejak akhir 2024, keduanya mulai menyusun konsep, lalu mengeksekusinya pada September. Mereka harus melewati seleksi Business Model Canvas (BMC), proposal, hingga semifinal daring, sebelum tampil di final UNES.
Reksa mengungkapkan tantangan terbesar ada di tahap riset dan pengembangan (R\&D).
“Satu formulasi pupuk butuh waktu fermentasi sebulan. Belum lagi uji coba di lahan berbeda selama tiga bulan dengan biaya sekitar Rp750 ribu sekali percobaan. Tapi berkat dukungan tim dan stakeholder, kami bisa bertahan,” paparnya.
Aulia menambahkan, kendala juga muncul pada bahan dasar pupuk.
“Awalnya saya sempat ragu karena latar belakang saya akuntansi, sedangkan produk ini butuh proses teknis yang rumit. Tapi berkat tim yang solid dan jaringan kolaborasi, kami tetap bisa jalan,” tuturnya.
Menuju Pasar yang Lebih Luas
Saat ini, pupuk organik cair berbahan dasar hama keong tersebut masih dalam tahap pengembangan. Produk sudah mulai didistribusikan secara terbatas melalui Dinas Pertanian Kabupaten Sleman dan kelompok tani mitra. Namun, pemasaran secara luas belum dilakukan karena masih menunggu proses legalitas.
“Sekarang baru didistribusikan ke masyarakat dan kelompok tani, belum dikomersialisasikan,” pungkas Reksa.
BACA JUGA
Limbah Sayur Jangan Dibuang! Bisa Diolah Jadi Pupuk Organik Cair
Meski begitu, kemenangan ini menjadi langkah awal yang berarti.
“Rasanya bangga sekaligus tidak menyangka bisa juara 1. Semoga makin banyak inovator muda dari UMY yang ikut berkontribusi untuk Indonesia Emas 2045,” tutupnya.
(Virdiya/Aak)